Menuai sedih di satu perih, tentunya letih yang tak kuasa untuk memilih.
Menjadi abu dibanyak angkuh perilaku, jadi sekian waktu yang tak memiliki sumbu untuk menolak pilu yang berlaku.
Mengais bising tatkala hening, jadi satu tepi yang menepi ketenangan perasaan. Terdampak yang terhentak, terkoyak yang tak mampu berteriak.
Wahai nan aduhai, apa saja yang tercapai bukan serupa belai.
Wahai nan aduhai, apa saja yang dicapai bukan sehelai damai.
Dulu, tinggallah semu. Kini, hanyalah seperti. Lalu tentangnya nanti ... laksana seumpama yang sekadar janji penghibur hati yang dipenuhi duri.
Merasa sebelum yang terhentinya peka, membaca sembari yang menoleh rasa. Sebab ketika dikunjungi olehnya makna, bukan untuk berujung yang hampa rasa.
Bandung, Juli 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H