Sekian waktu aku menjauh darimu, mengembara lalu terbawa suasana. Menikmati suka meskipun bukan yang sesungguhnya, menikmati lega yang itu.. walaupun bukan yang sebenarnya.
Sekian waktu aku juga lebih memilih terpesona oleh selainmu, entah kenapa.. namun memang begitulah adanya, lupa pula terlena. Aku terbuai, aku tak kuasa menolaknya.
Sekian waktu aku tak berpihak kepada kebutuhan batinku sendiri, mengabaikannya. Aku lebih rajin berpihak kepada inginku itu, inginnya lahiriah itu yang hanya samar. Aku memanglah aku, tergoda ragam semu.
Hari ini tak sengaja aku bertemu denganmu, kamu tersenyum.. aku terpanggil. Hari ini kita berjumpa, aku terpana. Hari ini kita bersama, lalu tenang pun damai itu sanggup menyentuh mata hatiku.
Bukan keindahan, bila tanpa kesadaran. Bukan ketulusan, jika mengharapkan. Bukan citarasa cinta bila didasari keterpaksaan. Bukan, bukan, dan adalah bukan.. jika dan bila masih ada tanpa.
"Terimakasih masih berkenan menolehku, lalu ajak aku."
"Terimakasih masih berkenan memanggilku, untuk menujumu."
"Terimakasih masih berkenan untuk mempercayai diriku, yang tentu sangat membutuhkan senyum darimu yang setulus itu."
*abdiepribadiketikfiksi*
Bandung, sabtu 22 Oktober 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H