Ketika Muda Kemudian Senja Itu Tiba

Aku bersua senja, lalu berjumpa dengannya yang masih muda. Aku berbincang dengan keduanya, mumpung masih ada cukup waktu untuk berterus terang.

"Ketika kita masih muda, kita berdua terlalu banyak gaya, juga kerap lupa. Selain kita sering sengaja berbuat banyak hal tidak terduga, entah kurang berwibawa."

"Ketika kamu kian bertambah yang bertumbuh dewasa, semestinya jangan lupa berdoa diimbangi dengan berupaya, yang cukup sedikit saja merasa putus asa di suatu ketika."

Keduanya hanya terdiam, entah memang tengah mencoba mengolah pikir, entah masih bingung sendiri. Entah memang merasa, entah memang di lain waktu saja akan benar-benar mulai percaya lalu merasa.

Keduanya hanya duduk manis, tanpa sepatah atau beberapa patah kata yang terucap. Entah mulai menyadari, entah tengah menyusuri ragam situasi yang pernah teralami, yang tentu jadi bahan demi bahan edukasi untuk kebaikan bagi diri itu sendiri sebagai pribadi.

"Eh ternyata, keduanya adalah masih aku juga. Diriku yang kini tengah menuju senja, dan satu lagi adalah aku yang saat itu masih berusia muda, dengan ragam cita-cita yang seringnya hanya berlalu begitu saja."

"Ah aku ini! ketika pernah mengalami muda, terlalu banyak sebatas wacana yang polanya sangat kurang mumpuni, untuk ditata rapi sedemikian rupa secara seksama seiring rencana yang berguna."

"Penyesalan itu memang salah satu bumbu khusus, menikmati ragam cerita alur dunia. Lalu setelahnya, mau bagaimana?!"

Literasi Mata Hati
20 Februari 2022