Sore yang sungguh tenang di negeri orang, setelahnya hujan turun cukup deras. Senja hadir membawa keringanan, mendamaikan. Meski di sekitarku, yang aku temukan hanya basah dan memang benar basah.
"Apakah sore itu sama dengan senja?!" mungkin saja, aku masih tengah mencoba memahami keduanya.
Sore ini, tatapanku mengarah ke satu tempat. Begitu sunyi, hanya sepi yang terjadi. Sepertinya tidak ada siapapun di tempat itu. Bukan satu tempat yang mengecewakan, justru satu tempat yang menawarkan.
Senja kali ini, aku jalani seorang diri. Beberapa misteri illahi yang pernah dan sempat terjadi, aku coba untuk mengingatnya lagi. Mumpung sadar, bahwa kedepannya sebaiknya bersinar, bukan lagi dan lagi hanya sekadar.
"Ketika sore menuju senja, aku akan dan tengah menikmati keduanya."
"Sore memintaku untuk segera memilih, sementara senja.. ada dihadapanku, tengah menyiapkan sesuatu."
Seiring detik yang berdetak, berganti menit. Waktuku akan terus terjadi, waktuku akan sampai di satu titik tertentu. Waktuku selalu memberiku titian demi titian ilmu, hanya akunya saja yang kerap, menganggapnya hanya sepintas lalu.
"Sore ini, hikmah itu terbukti. Senja nanti, akan aku jajaki tanpa setengah hati."
Ruang _ Renung, 17 Oktober 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H