Aku menyiapkan hari, aku simpan mimpi di ketinggian yang tidak perlu lagi aku hampiri. Aku mengisi pagi dengan satu cangkir kopi, aku temani siang tanpa sedikitpun bermaksud telanjangi.
Tatkala senja tiba, aku sungguh merasa. Terkesima akan hadirnya senja, dimana senja hari yang kudapati mewujud satu demi satu sekumpulan rezeki.
Malam hari singgah, tak sangup aku ini menolaknya. Aku ditemaninya, aku juga ditegurnya, bahkan aku dibisikkan satu dan lain hal yang tak mungkin aku ini menampiknya.
Hari yang berbeda, waktu yang kuasa. Saat yang mampu membuatku merona, malu akan apa saja tindak-tanduk yang sekecil apapun itu, ternyata berdampak tidak kecil untuk kemudian mana bisa hanya aku campakkan begitu saja.
"Hilang ragu, hadir restu. Saatnya maju, melawan balik setiap buntu yang akan jadi pengganggu."
"Kaki ini tidak tercipta hanya sekadar untuk menunggu, justru diciptakan untuknya berjibaku, menepis nafsu atau apapun itu."
"Segala sesuatunya kian menarik saja, mana boleh aku hanya terpaku, aku ini hadir bukan hanya sebagai tamu."
Salam Fiksiana
Bandung, 18 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H