21:25
Aku sudah memilih tidak tertarik untuk menghasilkan yang jauh lebih baik, aku sudah tidak tertarik untuk mendapatkan apa saja yang bukan tekad baik.
21:35
Aku sudah meraih apa yang selama ini aku harapkan, yang memang tentu saja aku upayakan. Aku sudah tidak butuh mencatatkan diri, sebab kini aku lebih butuh untuk mulai menepi dari riuh yang sekian lama aku pelajari.
21:40
Aku bersyukur, sebagai satu bukti terima kasih. Aku juga merasa, sudah lebih bisa bersinergi dengan isi hatiku sendiri. Pola intuisi tengah aku telusuri, cukup sendiri tanpa ada yang mengikuti.
21:50
Menetapkan hati jadi satu ketentuan, lagi dan lagi mendapatkan wejangan. Berdamai dengan diri sendiri adalah kesadaran, menghilang dari peredaran demi mewujudkan ketetapan.
22:00
Indah tatkala melangkah, sudah tidak ada lagi resah. Berkah ketika memilah, lalu menekuni sesuatu yang mengajak gairah lebih terarah.
22:05
Ingin itu urun untuk kembali, tergantikan. Ingin ketika di awal yang kini sudah tak lagi terkawal, ingin tatkala di awal yang nyatanya benar memang tidaklah kekal.
22:15
Kini lega sudah berada di dalam dada, tidak ada lagi tanya yang tersisa. Lepas, bebas, puas, tanpa sedikitpun sisakan bias. Kini, setiap jawaban sudah tertera. Kata, cukup aku simpan saja di dalam lembaran agenda yang sudah mulai aku tata dengan ragam suku kata.
22:25
D... sebab dari gula, manis aku rasakan. Atas ulah kopi, pahit aku perkenankan. Toh setiap sensasi dari keduanya, kerap menghadirkan ragam kunci jawaban.
Salam Sehat Senantiasa
Bandung, 05 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H