Hari ini saya jelas-jelas terbukti dengan tingkat akurasi yang sudah tidak perlu ditawar lagi, bahwa saya melakukan satu kesalahan. Salah satu komentar dari seorang kompasianer yang sangat saya kagumi, tak sengaja terhapus.
"Bukan salahnya, tentu saja salah saya. Bukan inginnya ataupun inginnya saya, bukan niat dari saya juga. Namun faktanya begitu, sayalah yang salah."
Dimulai dari hal-hal yang kecil, saya berikhtiar untuk sanggup lebih sadar. Dimulai dari hal-hal yang terkesan biasa, namun bagi saya rasanya itu luar biasa.
"Hanya komentar, santai saja. Nggak perlu repot, itu kan hal yang biasa."
Teman saya bisa berujar seperti itu dengan begitu mudahnya, meski entah kenapa saya belum bisa berpikir seperti teman saya itu.
Orangnya, pribadinya, sosoknya, adalah seseorang yang sungguh saya hormati. Termasuk silaturrahmi saya selama ini dengan beliau yang adalah kompasianer, itu yang sepatutnya saya jaga sampai kapanpun juga.
"Mungkin hal kecil, tapi tetap saja untuk saya telah menambah satu dosa dengan terhapusnya komentar dari beliau."
D... intuisi tetaplah intuisi, toh hati siap bersenyawa dengan olah pikir. Ketika ada bagian dari diri ini kurang bisa menerima atau memaklumi, perlakuan dari diri ini sebagai pribadi terhadap orang lain.
Saya sebagai pribadi siap senantiasa belajar mengakui kesalahan, sekecil apapun kesalahan tersebut, apalagi bagi yang jelas besar jenis kesalahannya.
Saya sebagai pribadi menolak keras apa saja bentuk pembenaran diri. Sebab harus saya akui, bahwa saya sungguh sangat menyayangi diri saya sendiri.
D... berkat dari komentar, saya lagi-lagi belajar, bahwa saya benar-benar merasa bersalah. Semoga tidak sampai saya ini mengulanginya lagi di suatu hari.