Mohon tunggu...
Wahyu Ali J
Wahyu Ali J Mohon Tunggu... Penulis - Bebas

Life Path Number 11 [08031980]

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Anak Kecil Itu, Sore Tadi

2 Juni 2021   00:08 Diperbarui: 2 Juni 2021   01:11 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang anak kecil sedang duduk kurang manis, sembari termenung. Entah apakah yang terlintas? entah apa juga tuh, yang membuatnya seperti tengah digelayuti satu sisi murung.

Namanya juga anak kecil, ya begitulah. Belum paham tentang apa itu yang namanya bertindak cermat, berpikir hebat, lalu sadar akan kapan dan dimana saat yang tepat untuk berlaku sehat yang bermanfaat.

Seorang anak kecil, dari termenung kini berlanjut ke merenung. Sepertinya ada keinginan, namun belum tersalurkan. Belum terjawab, sebab pikirannya itu nampaknya masih saja terjerembab.

"Hei... kalau memang punya keinginan, jangan terlalu kelihatan. Kalau memang tengah mengharapkan, upayakan juga dong yang sepadan, biar bisa seimbang antara inginnya angan dan kenyataan."

"Hei... nggak perlu polos-polos amat lah, wong Amat juga nggak ada tuh polos-polosnya seperti kamu itu."

"Hei... sama sekali tidak perlu merasa takut tersaingi, disaingi. Take it easy! santai saja lah, cukup menikmati apa saja wujud sensasinya."

Anak kecil tambah bingung tuh, nggak ngerti akan tentang apa dan siapa yang barusan ngomong. Eh tapi... anak kecil itu kini sudah mulai bisa menoleh, sudah nggak termenung lagi kayak tadi itu lho.

Anak kecil itu kemudian berdiri, melihat kanan kiri. Entah mau berlari, entah akan menangisi. Entah akan menepi untuk mengulangi seperti tadi itu, berdiam diri dan lagi-lagi termenung seorang diri.

"Tidak ada elegi, toh itu semua dikreasi sendiri jadi manifestasi, diciptakannya lalu tercipta yang kemudian jadi terbawa suasana yang sangat mungkin menjadi hampanya rasa."

"Mana bisa berempati, maunya unggul sendiri. Sedari tadi hingga detik ini, eh sedari dulu sih maksudnya, masih saja begitu lalu begini."

Anak kecil makin kebingungan, sambil mencari asal suara tersebut darimana. Hatinya sih masih biasa-biasa saja, belum sanggup berdebar lalu tergetar, kan masih belajar untuk bisa awas alias peka akannya rasa juga makna, dari apa yang adalah sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun