Kesibukan terkadang memang menyita waktu, membuat apa yang seharusnya bisa tertulis malah jadinya terlewat begitu saja. Jelas ada kesempatan yang hilang, namun semoga bisa tergantikan di kesempatan yang lainnya untuk menulis yang mengetik satu dan lain hal.
Di bawah ini, saya akan coba berbagi satu cerita fabel. Ya... cerita fabel yang para tokoh utamanya lebih dominan bukan manusia, namun tetap mengandung pesan moral yang semoga bermanfaat untuk siapa saja yang berkenan membaca cerita fabel berikut ini.
Alkisah... ada satu negeri yang bernama fiksiana. Satu negeri yang penuh warna cerita dan suasana, satu negeri yang para penghuninya memang beraneka ragam tingkah polahnya.
Di satu halaman luar rumah yang sederhana di salah satu negeri fiksiana, ada seorang gadis kecil yang tengah bermain... sebut saja namanya Oena, seorang gadis kecil yang menyukai suasana riang dan tentunya tenang.
Tidak jauh dari halaman rumah, memang ada satu pohon yang cukup besar. Entah pohon apa namanya, namun di pohon tersebut memang hidup satu burung elang yang setiap hari bisa melihat keseharian Oena.
Di negeri fiksiana setiap yang hidup memang bisa berbicara, bukan hanya manusia saja yang bisa bertutur kata. Elang ataupun pepohonan, adalah dua diantaranya yang bisa berbicara selain manusia.
Entah atas dasar apa, burung elang tersebut terbang untuk kemudian mendekati Oena yang tengah bermain. Satu elang jantan yang memang terlihat kuat dengan sorot matanya yang sangat tajam.
"Maafkan aku jika aku mengganggumu sebentar. Aku tahu kamu tengah asyik bermain di halaman rumahmu ini." Tutur awal dari elang kepada gadis kecil.
"Hei kamu, terima kasih mengunjungiku hari ini." Jawab Oena yang terlihat tenang-tenang saja.
"Kamu tidak takut berdekatan denganku?!" tanya elang kemudian.