Mohon tunggu...
Wahyu Ali J
Wahyu Ali J Mohon Tunggu... Penulis - Bebas

Life Path Number 11 [08031980]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aku Tersenyum

18 Oktober 2020   11:30 Diperbarui: 18 Oktober 2020   11:35 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Pixabay.com


Aku tersenyum menyaksikan semuanya. Pengalaman yang tidak akan pernah aku lupakan, terlalu berharga untuk aku lupakan, sulit pula untuk aku tinggalkan.

Aku masih tersenyum menyaksikan segalanya. Bahkan hingga detik ini, aku masih tersenyum. Apa yang aku rasakan memang berwarna, namun senyum ini sanggup membuat tawar segala sesuatunya.

Aku jelas harus tersenyum menyaksikan apapun yang memang harus aku saksikan. Ada keringanan, ada keberatan, ada ketulusan, ada keterpaksaan, ada kejujuran, ada juga yang memang bukan jujur adanya.

Seumpama Dewi Durga, sebab yang terkenal adalah kurang baiknya. Sisi baiknya menguap, seolah selalu saja salah atau kurang. Padahal siapapun Dewi, pasti mempunyai kurang lebihnya.

Seumpama Rahwana, sebab yang terkenal adalah sisi buruknya. Kelakuan baiknya tertutupi tindak-tanduknya, yang lebih mengedepankan ingin diri. Padahal banyak hal tentang seorang Rahwana, yang semestinya bisa dilihat lalu dipelajari dari dua sisi pemahaman yang manusiawi.

Seumpama Arjuna, yang terkenal adalah ketampanan juga perangai baiknya. Padahal bisa saja di mata siapa saja yang mengenalnya sangat dekat, mungkin saja Arjuna bukanlah seorang pribadi yang senantiasa adil adanya.

Upayakan, jangan pernah berhenti untuk belajar lebih mengerti dan memahami potensi juga kualitas diri sebagai seorang pribadi. Upayakan juga jangan sampai terkuliti, lalu tersakiti pun ternodai, oleh hal apa saja yang sebenarnya bukan intuisi hati.

Usahakan, jangan pernah mengakui keberadaan diri sebagai seorang pribadi yang sudah sarat prestasi. Sebab selalu saja ada kekurangan dan keterbatasan, yang semestinya bisa dibenahi juga diakui.

Bersiaplah, untuk tidak pernah berlari dari apapun kejujuran hati, sebagai seorang pribadi. Sebab benar tentunya tidak salah, begitupun sebaliknya tatkala belum benar yang meraja, akui lalu terima kemudian benahi. Mumpung masih ada salah satu wujud rezeki, yang namanya bernafas di setiap kadar detik yang dilalui.

Berbagi pengetahuan diri adalah titah yang alamiah

Berbagi rezeki yang berarti adalah kenikmatan yang menyehatkan lahiriah juga batiniah

Bersiaplah persiapkanlah untuk menjadi lalu meraih apa yang wujudnya adalah murni ketetapan hati nurani

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun