Usah berasumsi, itu saja. Tidak kurang atau lebih, pas adanya. Takarannya sudah saya sesuaikan, dan pada akhirnya saya menemukan jawaban yang intinya adalah, usah berasumsi.
Butuh alasannya? Baiklah, akan saya jawab alasannya. Alasannya adalah tergantung pola pikir siapapun yang bergabung, berkecimpung di sebuah atau bahkan beberapa ragam komunitas.
Entah itu komunitas apapun, yang jelas adalah usah berasumsi ketika misalkan hanya mampu atau katakanlah baru sanggup melihat, lalu menilai hanya dari satu sisi sudut pandang. Menilai hal apapun yang menjadi pernak-pernik berkomunitas.
Contoh kecil di sebuah komunitas kecil yang hanya terdiri dari 10 orang. Hanya awalnya saja terkesan cocok atau kompak, tapi lama-lama itu semua hanya behind the scene.
Kejanggalan mulai bermunculan, perbedaan terlihat semakin kentara. Akhirnya yang penakut ya nurut-nurut saja, yang pengecut mulutnya terkatup. Hanya bisa bilang manut, iya, juga ok.
Yups, pola pikir menjadi apa saja yang terpikirkan, lalu menjadi terbiasa dilakukan. Prinsip tinggallah prinsip, ketika ada satu atau lain hal di luar prinsip yang ternyata ranum, atau katakanlah menggiurkan.
"Maka prinsip sejenak dikesampingkan. Bahkan sangat bisa prinsip dilupakan, lalu ditinggalkan begitu saja."
Segala sesuatu bisa terlihat dan terbaca mengenai apa saja, di mulai dari yang skala kecil dulu. Karena skala kecil, atau katakanlah sebuah ruang lingkup yang kecil, bisa menunjukkan sebuah gambaran skala besar yang pada umumnya.
So... usah berasumsi yang tidak jelas yang hanya bisa menilai banyak hal dari satu sisi saja. Kecuali bisa arif bijaksana, melihat membaca lalu menilai dari dua sisi perbandingan tentang ya atau tidaknya, tentang benar atau tidaknya, ketika berkecimpung di sebuah komunitas.
So... andai masih saja lebih mengutamakan, mengedepankan asumsi yang tidak jelas juntrungannya, lebih baik usahlah bergabung di satu atau bahkan banyak komunitas.
"Kepentingan pribadi itu, tidak akan selalu baik dan menyehatkan. Alangkah baik pun bijaknya, bila kepentingan yang demi kebaikan dan kesehatan bersama yang diutamakan menjadi pilihan."