Saya belum genap setahun mengenal Kompasiana. Seingat saya sih medio November 2019, baru bergabung. "Nggak ujug-ujug juga tervalidasi, berproses tentunya."
Itupun terdaftar atas nama Ridwan Ali, bukan Dua Sisi. "Sempat juga terdiam sekitar dua atau tiga bulan, nggak nerbitin artikel di Kompasiana. Gegara kesibukan, yang mana bisa dikesampingkan. Kan kewajiban, hehehe."
Akhirnya bisa kembali, ada ruang dan waktu yang terkendali. "Menulis lagi tentunya di Kompasiana. Membaca, mengamati, malah sempat juga senyum-senyum sendiri."
"Kenapa tersenyum sendiri?!"Â Sebab ternyata, saya bisa bikin puisi. Meski tentu saja, bait-bait puisi ala kadarnya, versi seorang Ridwan Ali yang masih mencari titik-titik literasi.
Hari demi hari terlewati, sekali waktu sempat turun ke bawah. Membaca ulang semua tulisan yang saya terbitkan di Kompasiana. "Dan begitulah, keranjingan hobi menulis ternyata melahirkan dua sisi."
Di satu sisi, saya tentu saja bersyukur... "Menulis yang adalah hobi, bisa tersalurkan. Sekaligus belajar, dari para senior Kompasiana Beyond Blogging, juga kompasianer yang lainnya, yang tentu saja menginspirasi."
Di sisi yang lainnya, semakin mendalami Kompasiana, saya berpikir ulang. Cukup banyak tulisan yang saya terbitkan, kemudian saya hapus secara bertahap. "Masa iya asal menulis, yang penting asal diterbitkan. Ya nggak bisa dong!" Itu gumam saya sendiri, hehehe.
Kompasiana adalah salah satu platform blog populer para blogger seluruh wilayah nusantara. Bahkan, bukan hanya di nusantara. Sebab banyak juga kompasianer yang memang rajin menulis, pun berbagi inspirasi dan manfaat, berdomisili di luar nusantara.
"So... adalah semestinya untuk saya, hobi menulis tak hanya sekadar disalurkan, tersalurkan. Sebisa mungkin, kadar tulisan yang akan dan lalu diterbitkan, punya bobot bibit bebet, yang tak cukup hanya sekadar."
Begitulah sedikit paparan dari saya. Tentang saya, yang masih belajar menikmati, berselancar di Kompasiana. "Oh iya, ini tema nyata... bukan fiksiana tentunya, hehehe."
Finally... hingga hari ini, hobi masih berjalan. Meski kadang tak selalu berjalan mulus. "Iya sih, terkadang pola pikir agak tersumbat, gegara penat merapat." Wajar adanya, kan manusiawi. (Ngeles nih ceritanya... hehehe)
Dalam banyak hal, sering terjadi dua sisi. Memilih salah satu sisi, mungkin saja bukanlah sebuah pilihan yang mudah adanya. "Butuh perjuangan, butuh pengorbanan. Iya kali ya, kali aja iya sih begitu?!... hehehe."