Mohon tunggu...
Ridwan Ali
Ridwan Ali Mohon Tunggu... Freelancer - Me Myself and I

Baiklah, kita mulai. Ceritanya, lanjutannya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Mereka yang adalah Ilmu Untukku

2 Juli 2020   11:45 Diperbarui: 2 Juli 2020   20:41 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Pixabay.com


Tidak bisa dipungkiri bahwa sedari awal yang semestinya menjadi penanggung jawab itu adalah pria, bukan wanita yang sejatinya jauh lebih bisa lemah lembut ketimbang pria.

Semestinya juga bisa ditelisik dengan baik-baik, bahwa yang seharusnya kuat itu pria... bukan wanita. Sebab pria, sejatinya lebih bertenaga, meskipun terkadang terlalu mudah terkena tipu daya.

Mana bisa wanita disebut sebagai penggoda, justru yang ada adalah bahwa wanita itu uji bagi pria agar mampu menjadi bagian dari kaum adam yang mempunyai wibawa.

Wanita wajar saja jika sekali waktu ada manja, namun usahlah menjadi terbiasa. Karena alur hidup mengajarkan wanita untuk bisa lebih peka, apalagi yang namanya wanita sangatlah kuat dalam urusan rasa. "Bukankah wanita lebih bisa menggunakan rasa? Sehingga atas alasan itulah, perasaan wanita adalah pondasi utama sebagai bagian dari kaum hawa yang punya tata krama juga citra diri yang mempesona."

Mungkin tak akan pernah habis suku kata, jika berbicara yang mencoba telusuri tentang pria juga wanita. Mungkin pernah ada yang gigit jari, gegara kelakuan ataupun ucapan dari pria atau wanita yang ketika itu peka sedang tidak ada, yang entahlah sedang kemana.

Dunia memang luar biasa, pesonanya tiada duanya. Uji dunia, sangat bisa membuat apakah itu pria ataupun wanita terpana yang lalu terlena, hingga waktu tak terasa berlalu begitu saja... terisi hal-hal yang kelak, mungkin yang bisa saja berujung sesak juga sesal dalam dada.

Apa yang sementara, tentu saja tidak untuk selamanya. Apa yang seketika, tentu saja hanya di saat itu yang lalu hilang entah kemana. Apa yang sia-sia, mana bisa disebut bermakna. Apa yang sering terlupakan, ah... mana bisa itu jadi sebuah kebiasaan yang mungkin kelak akan menjadi wujud kerugian yang tentu saja merugikan.

Setiap insan punya adegan, setiap insan punya cuplikan. "Apakah itu seorang pria ataupun seorang wanita... alangkah beruntungnya jika mampu menjadi pemeran alur kehidupan yang tak melulu hanya mengedepankan keinginan, yang belum tentu akan bernilai kemenangan yang adalah rupa istimewa keyakinan beraroma keberkahan juga kebermanfaatan."


Ridwan Ali 02072020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun