Mohon tunggu...
Ridwan Ali
Ridwan Ali Mohon Tunggu... Freelancer - Me Myself and I

Baiklah, kita mulai. Ceritanya, lanjutannya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jumpa Pertama

4 Juni 2020   23:49 Diperbarui: 4 Juni 2020   23:47 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Candi Prambanan. Source: pixabay.com


Seorang dara yang mempesona mencerahkan satu sisi jiwa, saat pertama kali mengunjungi sebuah kota yang bernama Jogjakarta. Kota istimewa yang mampu membuatku jelas-jelas terpana. 

Siang yang cukup terik, justru menjadi satu hal yang menarik... manakala lirikan seorang dara cantik membuat sepasang mata yang aku punya merasa tertarik untuk jua melirik.

Raut senyum manis menghampiri, tanpa sepatah kata yang mengalir dari bibirnya. "Wajar saja bagi seorang dara merasa ragu sekaligus menahan diri untuk mendekati di jumpa yang pertama, dengan seorang pria sepertiku yang sama sekali belum dikenalnya."

Langit kota sepertinya merestui, untukku lebih bisa mencairkan suasana. "Aku pria, dan dia adalah wanita. Akulah yang semestinya maju terlebih dahulu mengutarakan sesuatu, apalagi aku ini adalah seorang tamu di satu kota yang sedang aku tuju."

Tatapan itu meneduhkan, pun kala sapa ku ucapkan, dia membalasnya secara bersahaja yang bertata krama. Dia seorang dara sederhana yang membuatku merasa nyaman terlibat beberapa adegan percakapan dengannya. "Benar-benar kesederhanaan yang untukku begitu mengagumkan."

"Seumpama merpati, kini aku sedang terbang tinggi... panorama dan kesejukan, mampu membuatku lega di setiap detik yang aku lalui dan nikmati."

Ini yang adalah kini, baru awalnya saja. Jumpa pertama yang tergugah indah pun cerah. Ada hal lain yang berbentuk aneka ragam tanya, untuk lebih bisa mengenal dan memahami dirinya juga situasinya. Ada hal lain yang semestinya aku pastikan terlebih dahulu, tanpa harus buru-buru. Ada hal lain yang bisa saja akan berlanjut ke satu dan lain hal yang lebih seru, namun tentu itu adalah mungkin saja nanti yang entah kapan hari tanpa haru.

Seorang dara yang kini masih ada di hadapanku, berhasil menyampaikan pesan yang berkesan di kunjungan pertamaku ke kota istimewa yang menyajikan kelegaan.

Burung dara adalah lambang kesetiaan yang dipercayai oleh sebagian, bahkan mungkin oleh banyak orang. "Bagiku saat ini... dia layaknya burung dara yang bebas lepas terbang kemanapun yang dia suka. Cukup satu hal saja... bilamana dia adalah seorang dara yang setia, sejatinya dia tidak akan hinggap dimana saja dan  cukup hanya untuk satu yang akan mampu membuatnya bahagia hingga tutup usia kala senja."

"Dara jelita... terima kasih atas awal perjumpaan, terima kasih atas awal perkenalan. Dirimu juga kotamu, jadi satu bagian terbaru kala aku adalah seorang tamu. Kita akan kembali bertemu di lain waktu yang bilamana berkunjung ke rumahmu, adalah tujuanku."

"Dara jelita... seandainya ini semua adalah pertanda, maka berjumpa yang lalu berkenalan denganmu, adalah satu wujud cerita awal yang semestinya bisa kita pelihara hingga saatnya tiba pertemuan kedua dan seterusnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun