Mohon tunggu...
Wa Ga
Wa Ga Mohon Tunggu...

Smoke on the Water

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wanita, Tato, Rokok

2 Januari 2013   06:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:38 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tiga kata diatas adalah sebuah kata yang terpisah, namun dapat disatukan sesuai dengan aturan gramatikal. Wanita bertato yang merokok atau wanita merokok yang bertato, begitu mudah ditemukan di kampus. Kampus bukan hanya sarana penggemblengan intelektual mahasiswa, tapi juga perealisasian eksistensinya. Begitu banyak rupa mahasiswa yang mengekspresikan diri dengan beragam gaya, yang diidentikkan dengan gaya hidup modern. Salah satunya adalah wanita bertato yang menikmati rokok dengan begitu sexy.

Rokok dan tato identik dengan maskulinitas kaum pria. Zaman yang berkembang, menghapus stigma tersebut dan mengkultuskan tato dan rokok bagi siapapun. Pertanyaan yang muncul adalah siapkah para wanita modern ini menerima stigma “buruk” dari masyarakat Indonesia ?. Rasanya eksistensi wanita perokok ini memang hanya terbatas di tempat-tempat tertentu saja, seperti kampus atau tempat bergaul sosialita yang menggandrungi gaya hidup ini. Kultur masyarakat Indonesia yang masih kental akan nilai budaya timur dan keagamaan masih sulit menerima budaya wanita merokok.

Pro dan Kontra tentang gaya hidup ini memang tidak ada habisnya. Dibutuhkan sebuah sikap tegas untuk berani mendobak stigma masyarakat tentang perspektif wanita yang masih kolot. Wanita yang merokok dan bertato tidak perlu takut menghadapi hal ini. Ini adalah sebuah resiko yang harus disikapi secara berani, ketika kita memiliki cara pandang yang berbeda dengan pola pikir yang umum. Tato dan rokok adalah pilihan individu merealisasikan diri yang tidak berhak dibatasi. Aku adalah Aku. Aku bukan Kamu. A=A bukannya A=B. Zaman yang terus berkembang harus diikuti dinamisasi pola pikir manusia yang selalu berkembang dan berpikiran terbuka, bukan terbawa fanatisme kolot. Era globalisasi tak terlepas dari persinggungan budaya. Dan pada saat itulah setiap individu mempunyai hak menentukan eksistensinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun