Tugas prajurit TNI yang sering disebut PRAsojo, JUjur dan irIT tersebut memang naik gajinya 10 persen. Termasuk juga sudah dapat remunerasi (tunjangan kinerja/Tunkin) 35 persen dari yang semestinya diterima (maklum belum tersedia anggaran negara untuk itu). Tapi apakah banyak yang sadar, bahwa prajurit TNI masih banyak yang kost diperumahan kumuh sekitar asrama, atau dipinggiran kota yang harga kost nya murah? Rumah dinas masih belum mencukupi, itupun masih banyak ditempati pensiunan termasuk anak istri serta keponakan dan tak iklas menyerahkan kepada yang masih kost di luar asrama. Jangan ditanya kalo, tanggal muda berapa uang yang dibawa pulang! Terlalu banyak potongan koperasi, akibat bon kebutuhan sehari-hari, termasuk pinjam uang untuk beli sepeda motor. Itu sekelumit gaji sebagai penghasilan prajurit TNI yang sudah terpakai habis sekitar awal bulan, mmmmmm, mau bilang apa lagi?
Nah ini cerita lain sekitar asuransi untuk prajurit TNI. Tuntutan tugas TNI penuh dengan ancaman terhadap jiwa raganya. Kalau meninggal besarannya, menurut saudara ipar saya sekitar Rp. 30 juta. Nah negara ternyata mampu menyiapkan anggaran hanya untuk biaya pemakaman dan biaya malam tahlilan bagi sang almarhum. Lalu bagaimana masa depan isteri dan anaknya? Berdasarkan data yang ada diberbagai negara, untuk asuransi bagi personel militer bervariasi, sekedar contoh:
Bagi personel militer yang meninggal biasa (sakit, kecelakaan bukan tugas dll) : Rp 150 juta.
Bagi Personel militer yang meninggal saat tugas (latihan, tugas lain yang bukan operasi militer dll) : Rp 250 juta
Bagi Personel militer yang meninggal karena tugas operasi militer (perang dll) Rp. 600 juta.
Mungkin nyawa manusia tak ingin dihargai sebesar Rp 600 juta saat perang atau operasi militer sejenis, namun ada standar yang masuk akal jika harus menyabung nyawa, maka tunjangan asuransi tersebut terasa wajar. Contoh tunjangan asuransi tersebut untuk personel Angkatan Bersenjata India, Pakistan, Bangladesh dan negara Asia Selatan lainnya. Dengan asuransi tersebut, dapat dilihat dedikasi, keberanian dan pelaksanaan tugas personel militer negara tersebut sangat bagus, karena matipun keluarganya ada jaminan asuransi, sebagai pengganti nyawa suaminya. Bisakah di Indonesia menghargai nyawa prajuritnya? Pemerintah dan DPR serta pihak terkait perlu memikirkan masalah ini, sebab jangan sampai terjadi, masuk jadi prajurit TNI hanya sekedar cari pekerjaan, namun lebih dari itu harus siap mati untuk negara dan bangsa Indonesia tercinta, yang imbalannya ada asuransi untuk pengganti nyawa ybs sebagai bekal hidup anak dan isterinya. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H