Cahaya matahari yang menghampiriku disela-sela curtain abu-abu, membangunkanku di pagi hari. Saat itu membangunkanku untuk meditasi dan berdoa sejenak untuk memberi afirmasi positif memulai hari. Kemudian aku membuka ramalan cuaca yang berada di ponselku. Wah ternyata hari ini matahari cukup cerah mewarnai. Sehingga tak raguku untuk mengajak kawanku yang sedang bertandang dari Jerman selatan itu, si kompasiana mbak Meike, untuk pergi ke Pantai Strande, di ujung Kiel. Katanya beliau ingin ke Jerman utara untuk melihat Pantai.
Kiel adalah ibu kota Schleswig Holstein, yang berada di ujung utara Jerman. Kota ini memiliki Laut Baltik yang dekat dengan Denmark. Selain itu, Kiel terkenal dengan kondisi klima sub-oceanic dimana lembab dan hujan, serta terpengaruh arus angin dari Atlantik dan Laut Utara, dengan kondisi yang dingin, musim salju dengan langit kelabu (climatestotravel.com).
Sehingga dari kondisi langit tersebut, mengajarkan untuk betapa pentingnya untuk hidup di present moment". Hari-hariku disini sering diselimuti kelabu, sehingga tidak jarang membuatku untuk menjadi lemas dan tidak bersemangat menjalani hari. Sehingga aku harus selalu meminum vitamin D, untuk mengurangi pengaruh letih dan lesu yang dikarenakan matahari. Sebelumnya, aku tidak menyadari fenomena tesebut.
Fenomena bahwa perasaan letih dan tidak bersemangat tersebut terpengaruh dengan keberadaan kondisi matahari. Aku yang lahir dan besar di Indonesia, tentunya mengalami shock yang cukup besar dari kondisi ini. Di Indonesia, aku terbiasa dengan keberadaan matahari, tanpa menyadari betapa pentingnya matahari dan bagaimana matahari mempengaruhi kondisi tubuh dan semangatku sehari-hari. Malah mungkin seringnya aku mengutuk akan keadaan matahari yang terlalu panas.
Dari kota Kiel ini, aku belajar bahwa aku harus menikmati kondisiku saat ini. Seperti contohnya yaitu ketika ada matahari, aku pasti berusaha untuk berjalan keluar dan menikmati indahnya matahari. Entah itu jalan kaki keliling gang sekitar rumah, duduk di taman dan membaca buku di taman, atau sekadar jalan ke pinggir pelabuhan, dsb.Â
Atau kalau musim gugur, aku akan segera jalan ke taman, untuk mendapatkan daun-daun yang menguning. Ketika musim salju, aku juga akan keluar menikmati hujan salju yang turun, dan melihat anak kecil bermain perosotan dengan kayu mereka, atau membuat manusia bola salju.
Musim disini terbagi menjadi empat, masing-masingnya berkisar tiga bulan. Tiga bulan adalah waktu yang singkat. Sehingga hari itu harus aku maksimalkan sebaik mungkin.
Sehingga setelah hari ini aku tau mengenai kondisi cuaca hari ini cukup cerah. Maka aku mengajak kawanku ini untuk jalan ke Strande. Aku sangat suka sekali ke Pantai ini, karena ada jalur untuk jalan kaki yang nyaman. Serta tidak begitu banyak orang. Aku sering ke Strande sendiri untuk jalan-jalan, mendengar suara air, kicauan burung, dan juga dikarenakan aku seorang marine biologist dimana laut adalah bagian dari hidupku.Â
Perjalanan dari rumah ke Strande kurang lebih sekitar 30 menit bila menggunakan bis, sehingga cukup terjangkau. Sesampainya di pantai, pasti aku akan berjalan sepanjang pantai dan bermain air. Tidak jarang juga, aku membawa perlengkapan melukis dan meditasi di Pantai tersebut.
Hari ini, airnya cukup hangat, untuk bermain di dalam air. Sehingga hari ini, kami memutuskan untuk bermain air. Airnya pun sangat jernih, sehingga bisa melihat beberapa flora dan fauna yang terdapat di laut tersebut. Tadi aku melihat beberapa ikan, kerang, keong, burung Input sumber gambar", angsa, ubur-ubur, rumput laut dan lamun.Â
Menariknya lagi, air di laut Baltik tidaklah seasin seperti laut di Indonesia. Hal ini dikarenakan tingkat garam yang cukup rendah. Laut baltik semakin ke arah Polandia, maka akan semakin kurang asin. Sehingga bila memasukkan kaki atau berenang di laut baltik di Strande ini, maka tidak terasa sangat lengket seperti bila berenang di Pantai Anyer atau Pantai di Indonesia. Hal menarik lainnya, Laut Baltik di Strande ini, tidak mempunyai pasang surut seperti Pantai pada umumnya.