Beberapa hari ini aku dan nyonya jarang berdiskusi tentang "kami", bukanya kami sibuk, namun memang akhir-akhir ini kami sering hanya sekedar bercerita tentang kegiatan kami sehari-hari. Yah sekedar obrolan ringan saja.
Tadi malam di kursi malas favoritku kami berbicara akan banyak hal, dari hal-hal yang membuatku bete seharian dikantor, kebeteean istri dirumah, sampai dengan menceritakan kisah-kisah tentang sahabat dan saudara yang ada di sekeliling kami. Terakhir kami berdiskusi tentang uang. Awalnya nyonya hanya mengeluhkan betapa rasanya uang jaman sekarang tidak begitu berharga. Belanja dengan uang berapapun habis, dan hanya mendapatkan bahan masakan yang itu-itu saja.
Jujur untuk yang satu itu aku tidak pernah benar-benar merasakanya, bukanya sok kaya, tapi memang walaupun aku seorang akunting, urusan dapur aku tidak begitu ambil pusing. Bahkan urusan membeli sesuatu, dijamin aku bukan orang yang akan ingat harganya. Berbeda dengan istri yang pasti bisa ingat bahwa di Supermarket A dengan B harganya beda. Bahkan di Pasar bisa lebih beda lagi. Tak jarang nyonya membandingkan semua belanjaanya. Sekali lagi aku tidak hapal, sangat tidak hapal jika pada hari Jumat di Swalayan A ada diskon. Bahkan aku tidak pernah ingat jika ditanya barang yang kubeli dulu harganya berapa.. hahahaha...
Sampai pada akhirnya nyonya mengatakan,
"Papi tuch boros banget, asli....", kata nyonya tiba-tiba.Â
Agak kecut juga mendengar kalimat singkat tersebut.
"Masa sih...???", jawabku pendek. Cukup pendek saja berusaha mencari titik aman hahahahaha...
"Iya Papi itu boros, coba deh Bulan ini apa saja yang sudah dibeli, berapa uang yang dihabiskan, mbok agak dikurangi, minimal di rem...".
Duh.....
Jika sudah begini, aku harus puter otak untuk mencari jawaban yang masuk akal. Namun belum juga jawaban itu terbit, Istri menambahkan mantra ajaib.
"Mbok mendingan buat beli yang bisa sekaligus investasi to Pi..., misal beli emas, ya gak harus besar, dari kecil saja gak papa, nanti lama-lama dituker yang lebih besar jika punya uang, toh kalo ada apa-apa bisa dijual lagi, dan pasti lakunya..."