Sudah terlalu lama untuk aku tinggalkan. Seakan untuk mengingat nama-namapun susah. Keindahan-keindahan yang telah aku lalui di kota-kota ini, atau di tempat-tempat yang penuh pesona semakin membuat hatiku selalu menggerutu memaki keberadaanku sekarang. Di tempat yang sungguh jauh berbeda. Hidupku bagai di penjara. Keterbatasan selalu menghalang gerak langkah. Aku harus mengikuti peraturan dan kemauan sang majikan. Di sini di negeri Saudi aku tetap harus mengais rejeki. Namun aku tidak akan lupa untuk mengenangmu Ranah Minang. Berpuluh tahun sudah aku tinggalkan tempat yang dulu aku sangat menyukainya. Di Ranah Minang aku telah banyak menimba ilmu, mencari pengalaman untuk bisa membuka pikiranku di dalam berbisnis untuk masa depan hidupku. Oh Ranah Minang jangan berpikir aku akan mudah melupakanmu. Aku jauh sekarang tapi aku akan berbagi pengalaman sesama kompasianer dalam mengenang keindahan-keindahan bersamamu Ranah Minang. Tiga Nama yang akan aku ceritakan pada mereka karena dengan keindahan wajahmu, pesona pemandanganmu dan keramah tamahan orang-orang di sekitarnya, ini yang akan aku kenang bersama denganmu oh Ranah Minang. Danau Maninjau. Sumber pic. dari google.com Danau Maninjau. Di sini aku yang jebolan sma dengan berbekal bahasa Inggris bisa dikatakan masih nol, namun kesukaanku untuk bisa berbicara bahasa Inggris membawa mudah menguasai sekedar untuk berbincang-bincang dengan para bule-bule. Di Maninjau sungguh banyak di datangi bule-bule dari penjuru dunia. Dari Inggris, Italy, Amerika, Belanda, Ferancis dan lain sebagainya. Danau Maninjau terletak di Kecamatan Tanjung Raya termasuk di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Danau Maninjau terletak sekitar 40 kilometer sebelah utara kota Padang, ibu kota Sumatera Barat, 36 kilometer dari Bukittinggi, 27 kilometer dari Lubuk Basung, ibu kota Kabupaten Agam. Danau Maninjau merupakan danau vulkanik, berada di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan Laut. Dan memiliki luas sekitar 99,5 km persegi memiliki kedalaman maksimum 495 meter. Cekungannya terbentuk karena letusan gunung yang bernama Sitinjau ( menurut legenda setempat), hal ini dapat dibuktikan dari bentuk bukit sekeliling danau yang menyerupai dinding. Bujang Sembilan adalah kisah legenda di Ranah Minang yang sangat erat kaitannya denga Danau Maninjau ini. Danau Maninjau merupakan sumber air untuk sungai bernama Batang Sri Antokan. Berpuluh tahun sudah aku masih bisa mengenang saat aku bekerja di sebuah penginapan sekalian ada restaurannya yang bernama Palantha Home Stay And Cafe ( milik orang tua angkatku), di sini aku ceritakan bagaimana mereka mengenalku yang asli Sunda hingga menjadikan aku sebagai anak angkat mereka. Akupun sebenarnya tinggal di Bukittinggi setelah lulusan sma. Mereka, maksudku orang tua angkatku tinggal di Bukittinggi. Ayahku memiliki usaha membuat sandal dari kulit dan memiliki 8 karyawan. Ibuku pegawai negeri di sebuah kantor di Kota Bukittinggi. Akupun pernah berbulan kerja membuat sandal dengan ayah angkatku. Aku bosan lalu minta izin pada mereka untuk mendapatkan pekerjaan baru. Dengan kebaikan hati mereka untuk memberikan peluang pada keinginanku, akhirnya aku mendapatkan kerja di sebuah hotel bernama Gangga Hotel di Jl A Yani. Dengan gaji sekitar 22.500 ribu saat itu tapi aku terima saja. Di Hotel inilah aku terus berusaha belajar bahasa Inggris sambil bekerja. Akhirnya setelah beberapa tahun bekerja di sini aku bisa membawa bule-bule ke Danau Maninjau. Di Danau Maninjau inilah aku berkenalan dengan seorang wanita yang memiliki semangat tinggi untuk membuka usaha di bidang wisata. Akhirnya dengan melihat keahlianku membawa bule-bule, dia menerimaku sebagai anak angkatnya. Jadilah aku memiliki dua orang tua angkat di Ranah Minang. Satu di Bukittinggi, dan satu di Danau Maninjau. Palantha Home Stay And Cafe begitu melejit dan sangat memiliki nama di Desa Maninjau ini. Oh ya penginapan ku ini terletak di Desa Gasang. Sebelumnya orang tua angkatku di Danau Maninjau ini hanya memiliki warung kecil dengan sebutan warung kopsteng ( sajian kopi di cangkir kecil, kopi setengah) seharga 200 rupiah saat itu. Berdirinya penginapan hingga memiliki 2 tempat penginapan,  dan restoran khusus besar menghadap ke Danau Maninjau adalah hasil usaha aku dan ibuku, ibu angkatku. Tugasku mencakup semua pekerjaan. Ibuku mempercayai sepenuhnya untuk mengelola Penginapan dan Restoran padaku. Aku memiliki 7 karyawan. 4 penduduk setempat dan 3 lagi dari Nias. Di sini aku tidak akan menyebutkan nama-nama mereka. Mereka semua baik dan patuh menjalani tugas-tugasnya masing-masing. Ibuku yang di Maninjau sudah 25 tahun berumah tangga tidak memiliki momongan. Maka selain aku masih ada dua anak angkatnya lagi. Semua laki-laki. Satu sudah berumah tangga, sebagai kakakku dan satu sebagai adik angkatku masih sekolah pada saat itu. Aku bisa di kitchen sebagai Cook. Di cashier sekalian waiter semuanya. Jika di penginapan mulai dari Room Boy, dan menjaga penginap-penginap semua tugasku hingga sebagai receptionist atau jika tamu check in/out akulah yang mengerjakan mengatasi semua itu. Adikku bisa di bilang bodoh, kurang mampu untuk menguasai di bidang ini. Dia harus berkonsentrasi pada sekolah. Penginap di Palantha semua orang bule-bule. Ibuku tidak mengijinkan jika ada tamu lokal/domestik untuk tinggal di Palantha Home Stay. Para bule jika mau menikmati keindahan-keindahan tempat wisata di sekitar Maninjau akupun suka terjun langsung menemani mereka sebagai Guide. Tapi masih banyak juga ada pemandu-pemandu yang trampil dan dengan keramahannya suka menemani para bule-bule. Oh ya di salah satu bagian danau yang merupakan hulu dari Batang Sri Antokan terdapat PLTA Maninjau. Dan puncak tertinggi di perbukitan sekitar Danau Maninjau ini di kenal dengan nama Puncak Lawang. Di Puncak Lawang inilah para bule mendaki untuk melihat ke indahan Ke Danau Maninjau dari jarak jauh. Jika dari kota Orang tuaku yang tinggal di Bukittinggi untuk menuju ke Maninjau harus melewati 44 tikungan sepanjang kurang lebih 10 km mulai dari Ambun Pagi sampai ke maninjau. Tikungan ini di beri nama Kelok 44. Danau Maninjau adalah danau terluas kesebelas di Indonesia, dan danau terluas nomor 2 di Sumatera Barat setelah Danau Singkarak yang memiliki luas 129,69 km yang berada di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok. Dan di Danau Maninjau ini masih banyak lagi tempat-tempat wisata lainnya. Ada dua Hotel; Maninjau Indah Hotel, dan Pasir Panjang Permai Hotel. Juga penginapan-penginapan yang pada umumnya di sebut Home Stay: Srikandi Home Stay, Maninjau Beach, Palantha Home Stay And Cafe dan lain sebagainya. Di Danau Maninjau ini kita bisa juga menikmati dua Spesies endemik( konsumsi lokal danau) yaitu ; Pensi ( suatu Spesies kerang kecil), dan Palai Rinuak, jenis ikan kecil dengan cara di grill-ikan plus kelapa plus rempah-rempah di bungkus dengan daun pisang. Maka jika para wisatawan domestik ingin berkunjung ke Danau Maninjau jangan lupa untuk mencicipi dua jenis makanan lokal khas Maninjau. Sekali mencoba akan takana jua( teringat juga) rasanya yang khas dan wow enaknya. Persiden pertama Indonesia Bapak Ir. Soekarno mengunjungi daerah itu pada awal Juni '48. Dan inilah pantun tentang danau. Jangan di makan Arai Pinang Kalau Artikel Baru regular tidak sirih hijau Jangan datang je Ranah Minang, kalau regular tidak singgah di Maninjau. Jangan makan kacang Arai, jika tidak dengan sirih hijau, jangann datang ke tanah Minang, jika Anda tidak berhenti di Maninjau. Danau Maninjau
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H