Sektor peternakan maupun budidaya menjadi salah satu sektor yang banyak digeluti oleh pengusaha di seluruh penjuru Indonesia. Kondisi iklim yang tepat, Tren dan permintaan pasar, serta ketersediaan pakan dan lahan dari alam yang melimpah, menjadi beberapa alasan mengapa usaha peternakan menjadi cukup lestari di Indonesia. Dari mulai peternakan sapi, domba, kambing, babi, hingga ayam menjadi sesuatu yang sangat lazim di Indonesia.Â
Produk-produk utama ataupun turunan dari sektor peternakan sampai detik ini pun masih digandrungi oleh semua kalangan. Tak jarang produk tersebut mampu diekspor dan bisa menambah devisa negara. Masyarakat di masa lalu pada umumnya menganggap bahwa hewan-hewan ternak cukup diambil manfaatnya saja dari telur daging, susu, hingga kulitnya. Namun, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka kotoran dari hewan ternak pun bisa disulap menjadi sumber energi alternatif yang murah yaitu Biogas.
Secara harfiah, biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi tiada oksigen atau an-aerob. Biogas sendiri mengandung 50-70% metana, 30-50 % karbondioksida serta sisanya ialah gas lain dengan nilai kalori 21-24 MJ/meter kubik.Â
Tak ayal, teknologi yang mulai masif dikembangkan sejak tahun 1970 ini memiliki prospek sebagai sumber energi terbarukan di masa depan. Tercatat di China maupun India telah mengembangkan pabrik biogas yang menyalurkan gas-gas ke masyarakat desa untuk kebutuhan sehari-hari dan komersil.Â
Bahan yang digunakan untuk menghasilkan biogas cukup mudah didapatkan terutama bagi pengusaha sektor peternakan yakni berupa kotoran sapi, kuda, dan kerbau. Tak hanya limbah kotoran hewan ternak, pengembangan terbaru kini sampah organik rumah tangga juga dapat digunakan untuk memproduksi biogas.
Proses Pembuatan biogas cukup bergantung pada peran mikroorganisme berupa bakteri heterotrof  fakultatif yang bertugas menguraikan sampah organik (Methanosarcina thermophila) hingga mensintesa metana (Methanobrevibacter). Terdapat sedikitnya empat tahapan dalam proses pembuatan biogas yakni tahap hidrolisis, asidogenesis, asetogenesis, dan methanogenesis (gas metana dihasilkan).Â
Selain peran mikroorganisme, faktor pH, suhu, dan inhibitor juga berpengaruh dalam proses pembuatan biogas. pH yang netral akan memudahkan mikroba untuk tetap hidup dan mengurai bahan organik. Suhu harus dijaga tetap optimum agar proses berjalan dengan baik, pun juga adanya inhibitor (bisa berupa logam berat, klorin) harus diminimalisir. Alat yang digunakan untuk memproduksi biogas lazimnya menggunakan digester atau reaktor anaerob yang dilengkapi pipa/saluran inlet maupun outlet untuk keluaran biogas.
Indonesia sendiri memiliki potensi besar dalam mengembangkan biogas. Sejauh ini sudah banyak program dari pemerintah dan praktisi perguruan tinggi yang mengembangkan reaktor biogas baik secara lab maupun diaplikasikan secara nyata kepada masyarakat desa / pesantren dengan bahan baku dari kotoran hewan ternak ataupun manusia.Â