Mohon tunggu...
Awaluddin Rao
Awaluddin Rao Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan

Berislam Bergembira

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mewujudkan Kelas yang Menggembirakan

4 September 2023   07:28 Diperbarui: 4 September 2023   07:54 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jeanpierrecokelberghs/pixabay.com

 Saat mengikuti sebuah diskusi yang membahas tentang pendidikan Indonesia, ada satu pertanyaan yang dilontarkan oleh pembicara "saat bel istirahat atau pulang berbunyi, bagaimana perasaanmu?", hampir semua peserta yang berjumlah 200-an orang menjawab dengan teriakan "senang". Diam sejenak dan peserta saling memandang dan seakan-akan saling setuju. 

Pertanyaan di atas bukan sekedar untuk menghangatkan suasana semata, lebih jauh itu, merefleksikannya secara mendalam ternyata penuh makna. Bukankah saat kegembiraan pulang, seakan-akan menandakan bahwa suasana di ruang kelas belum sepenuhnya menyenangkan.  

Kelas yang menggembirakan adalah suasana yang memberikan rasa aman dan semangat di dalam kelas. Sehingga kegiatan belajar dan mengajar dapat lebih efektif dan mampu mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan jangka panjangnya adalah menjadikan peserta didik suka belajar dan memandang sekolah adalah rumah yang menyenangkan, bukan sekedar bangunan beton serta momok yang menakutkan. 

Bagaimana kelas menggembirakan ini akan bekerja? Paulo Freire, pemikir pendidikan pernah menuturkan bahwa pendidikan seharusnya membebaskan. Pendidikan bukan sekedar transfer informasi dari seorang guru kepada murid. Freire punya istilah sendiri untuk ini, yaitu "banking education". Ada satu hal yang paling mendasar bagi freire, yaitu "menyadarkan". Karena itulah baginya dialog hal yang sangat penting dalam proses belajar.

Dalam kurikulum merdeka, ada hal yang menarik dalam konteks ini, dimana pembelajaran yang digunakan diutamakan menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau student learning center. Ini pulalah yang pernah dikemukakan oleh Tokoh Pendidikan Indonesia bahwa setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah. 

Namun jika menilik Indonesia, masih ada pendidik yang belum bisa "move on" dari gaya klasik, yaitu "ceramah, ceramah, dan ceramah." Pada sebuah seminar,  Direktur Pusar Neurosains Uhamka, dr. Rizki Edmi Edison Ph. D pernah mengungkapkan kebanyakan guru tidak paham, mereka bicara bisa lebih dari 50 menit, padahal kemampuan siswa mendengar hanya 20 menit. 

Oleh karena itu, jika ada pertanyaan bagaimana seharusnya pendidik menciptakan suasana ruang kelas, maka jawabannya adalah kelas yang menggembirakan. Kelas yang baik bukan hanya soal semua siswa menggunakan pakaian rapi atau memotong rambutnya menjadi pendek. Lebih jauh dari itu, kelas yang baik adalah kelas dimana peserta didik merasa nyaman dalam belajar, antusias mendengarkan hal-hal baru, aktif di kelas lewat bertanya maupun mengkritisi. 

Lalu, sudah sampai mana sekolah kita hari ini? Sudahkah menggembirakan? Atau jangan-jangan seperti yang disampaikan Freire, menganggap sekolah seperti penjara? 

Tidak usah pada tataran yang lebih jauh, mari meneropong kampus yang seharusnya lebih tahu, karena diisi kaum intelektual, masih "gitu-gitu aja". Dengan keterbukaan informasi, kita dapat melihat dengan mudah, bagaimana cara kampus mengenalkan kampusnya kepada mahasiswa baru.

Cukup dengan mencari media sosial kampus, dengan mudah akan ketemu kampus yang justru tidak fokus pada substansi pengenalan, isinya hura-hura, acara-acara yang bersifat seremonial dan kuantitatif, serta dengan ceramah yang "itu-itu saja", diperparah lagi mendengarkannya dengan waktu yang lama, beberapa dijemur di bawah terik matahari, padahal informasi yang disampaikan tentang kampus, sudah banyak di internet. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun