Orang yang diberi kekayaan oleh Tuhan tidak serta-merta menjadi lebih dicintai oleh Tuhan. Kekayaan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Dalam ajaran agama, kekayaan bisa menjadi ujian yang berat karena manusia cenderung menjadi sombong, rakus, dan tidak peduli kepada sesama saat merasa berkecukupan.Â
Orang kaya yang bijaksana akan memahami bahwa harta yang dimilikinya bukanlah miliknya sepenuhnya, melainkan titipan dari Tuhan yang harus digunakan untuk kebaikan.
Dalam konteks ini, kekayaan menjadi alat untuk membantu sesama, menolong orang miskin, dan berbuat amal. Misalnya, zakat dalam Islam adalah kewajiban bagi orang yang mampu untuk membantu mereka yang kurang beruntung.
 Tuhan mencintai orang yang dermawan, baik dia kaya ataupun miskin. Orang kaya yang tidak beramal dan tidak bersedekah, justru bisa jatuh dalam dosa karena lalai terhadap kewajiban sosial dan spiritualnya.
Kemiskinan sebagai Ujian
Sebaliknya, kemiskinan juga bukanlah tanda bahwa Tuhan membenci seseorang. Orang miskin tidak serta-merta lebih dicintai oleh Tuhan hanya karena mereka miskin. Kemiskinan adalah ujian yang memerlukan kesabaran, ketabahan, dan keikhlasan.Â
Dalam banyak ajaran agama, orang miskin yang tetap bersyukur dan sabar dalam menghadapi cobaan dianggap mulia di mata Tuhan. Dalam Islam, orang miskin yang tetap taat dalam menjalani ibadah dan tidak iri terhadap kekayaan orang lain dianggap sebagai hamba yang mulia.
Namun, kemiskinan tidak boleh dijadikan alasan untuk putus asa atau mengabaikan usaha. Tuhan mengajarkan kepada setiap manusia untuk bekerja keras, berusaha, dan berdoa dalam mencari rezeki. Dalam banyak ajaran agama, kemiskinan bukan berarti seseorang tidak boleh berusaha meningkatkan taraf hidupnya.Â
Bahkan, dalam hadits Nabi Muhammad SAW, ada dorongan kuat untuk berusaha mengubah keadaan hidup menjadi lebih baik: "Bekerjalah seolah-olah kamu akan hidup selamanya, dan beribadahlah seolah-olah kamu akan mati besok."
Keseimbangan dalam Kehidupan
Dalam kehidupan, keseimbangan adalah hal yang sangat penting. Orang kaya dan orang miskin sama-sama menghadapi tantangan spiritual yang berbeda. Orang kaya harus menjaga dirinya dari kesombongan, kerakusan, dan ketidakpedulian terhadap sesama.Â