Di sudut senja yang mulai pudar,
Seorang lelaki duduk termenung,
Tatapan kosong menghadap langit,
Di dadanya bersemayam ribuan beban.
Ia seorang ayah, penuh luka diam,
Memikirkan anak-anaknya yang bertumbuh cepat,
Istrinya yang senantiasa setia di samping,
Menjalin hari dalam derai tawa dan air mata.
Dalam hati yang tak pernah terungkap,
Ia bertanya, apakah cukup segalanya?
Mimpi-mimpi yang ia bangun tinggi,
Mampukah menjadi sayap bagi keluarga kecilnya?
Tangannya yang kasar menggenggam harap,
Meski dunia tak selalu ramah menyapa.
Ia mengorbankan lelah tanpa suara,
Untuk senyum yang hadir di wajah mereka.
Di bawah langit malam yang tenang,
Ia berdoa dalam sunyi yang hening,
Agar masa depan yang tak terlihat,
Memberi cahaya pada langkah-langkah mereka.
Lelaki termenung, namun tak pernah menyerah,
Di setiap tarikan napasnya ada cinta,
Ia adalah pohon yang tak pernah goyah,
Memberikan keteduhan bagi keluarga tercinta.
Py Laba, 05 Oktober 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H