Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menjadi Penengah yang Bijak, Membangun Keharmonisan antara Istri dan Anak

4 Oktober 2024   06:50 Diperbarui: 4 Oktober 2024   06:55 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar: edukasi.okezone.com)

Ketiga, ayah harus memiliki keterampilan dalam memfasilitasi dialog yang sehat. Konflik sering kali memburuk karena kurangnya komunikasi yang efektif. Ayah harus mampu menciptakan suasana di mana istri dan anak dapat berbicara satu sama lain tanpa rasa takut atau tekanan. Ia harus mendorong dialog terbuka dan saling mendengarkan di antara mereka.

Terakhir, seorang ayah juga harus mampu memberikan solusi yang tidak memihak. Dalam banyak kasus, penengah yang baik adalah mereka yang tidak berpihak pada salah satu pihak, tetapi mencari solusi yang adil dan dapat diterima oleh semua pihak. Ini mungkin membutuhkan kompromi dari kedua belah pihak, dan ayah harus mampu memfasilitasi kompromi tersebut.

Pendekatan Solusi: Memahami dan Mengelola Emosi

Konflik sering kali disertai oleh emosi yang kuat. Istri mungkin merasa marah, kecewa, atau cemas karena perilaku anaknya. Anak, di sisi lain, mungkin merasa frustasi, disalahpahami, atau tidak dihargai oleh ibunya. Dalam situasi seperti ini, tugas seorang ayah adalah membantu kedua belah pihak untuk mengenali dan mengelola emosi mereka.

Ayah bisa membantu dengan memberikan waktu bagi kedua pihak untuk menenangkan diri sebelum mencoba menyelesaikan masalah. Ketika emosi sudah lebih stabil, diskusi dapat dilakukan dengan kepala dingin. Hal ini penting untuk memastikan bahwa masalah yang dihadapi dapat dibicarakan secara rasional dan tidak diperburuk oleh emosi yang meledak-ledak.

Selain itu, ayah dapat mengajarkan kepada istri dan anak tentang pentingnya pengendalian emosi dan komunikasi yang efektif. Kadang-kadang, hanya dengan berbicara tentang perasaan masing-masing, konflik dapat mereda dengan sendirinya. Misalnya, seorang anak mungkin hanya ingin didengarkan dan dihargai pendapatnya, sementara seorang ibu mungkin hanya ingin merasa bahwa anaknya menghargai nasihat dan perhatiannya.

Membangun Kebiasaan Keluarga yang Sehat

Salah satu cara terbaik untuk mencegah konflik yang berlarut-larut adalah dengan membangun kebiasaan keluarga yang sehat. Misalnya, keluarga bisa menjadwalkan waktu khusus untuk berbicara atau berdiskusi tentang berbagai hal, termasuk masalah-masalah yang mungkin muncul. Ini bisa dilakukan setiap minggu atau setiap bulan, di mana setiap anggota keluarga memiliki kesempatan untuk berbicara tentang perasaan atau kekhawatiran mereka.

Selain itu, ayah juga bisa mendorong adanya kebiasaan untuk menyelesaikan masalah secara langsung, tanpa menunda-nunda atau menghindari masalah tersebut. Konflik yang dibiarkan berlarut-larut sering kali akan memburuk dan lebih sulit untuk diselesaikan. Dengan menyelesaikan masalah sejak awal, keluarga bisa menghindari konflik yang lebih besar di kemudian hari.

Menghargai Perbedaan dan Membangun Pengertian

Pada akhirnya, setiap anggota keluarga memiliki kepribadian dan pandangan hidup yang berbeda-beda. Seorang ayah sebagai penengah harus mampu mengajarkan kepada istri dan anak untuk saling menghargai perbedaan tersebut. Menghargai perbedaan bukan berarti setuju dengan semua hal, tetapi lebih kepada menghargai hak masing-masing individu untuk memiliki pendapat dan perasaan yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun