Di matamu, aku melihat sinar redup,
Bayangan kebohongan yang tersembunyi di balik senyuman,
Kata-kata manis yang kau ucapkan,
Ternyata hanyalah alunan dusta, yang terus kau mainkan.
Setiap tatapan yang kau lemparkan,
Menyimpan rahasia yang tak pernah terungkap,
Janji-janji yang dulu kau tanamkan,
Kini hancur, bersama kepercayaan yang perlahan tenggelam.
Dulu, aku percaya pada cahaya di matamu,
Mengira itu cinta, namun nyatanya tipu daya,
Kebohonganmu bagaikan kabut pagi,
Mengaburkan kenyataan yang tak bisa kuingkari.
Aku mencari kejujuran di setiap sudut hatimu,
Namun yang kutemukan hanya bayang-bayang kelabu,
Kau berpura-pura menjadi malaikat yang sempurna,
Padahal di balik itu, kau hanya seorang pendusta.
Kini, mataku terbuka,
Melihat kebenaran yang pahit namun nyata,
Di matamu, tak ada lagi cinta yang ku kenal,
Hanya kebohongan, yang perlahan membunuh harapan.
Aku melangkah pergi,
Meninggalkan bayangmu di belakang,
Karena cinta yang didasari dusta,
Hanya akan membawa luka yang tak pernah sembuh.
Py Laba, 20 Agustus 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H