Seringnya melakukan video call juga bisa menciptakan ketergantungan emosional yang tidak sehat. Ketika pasangan merasa mereka harus selalu terhubung secara visual dan verbal, mereka mungkin mengembangkan ketergantungan yang berlebihan pada satu sama lain untuk merasa aman dan bahagia. Ini bisa mengakibatkan ketidakmampuan untuk menghadapi situasi atau masalah secara mandiri. Ketergantungan seperti ini tidak hanya melemahkan individu, tetapi juga bisa membebani hubungan secara keseluruhan, karena salah satu atau kedua pihak mungkin merasa terbebani oleh kebutuhan emosional yang berlebihan.
6. Menyebabkan Kebosanan dalam Hubungan
Video call yang terlalu sering bisa membuat hubungan terasa monoton dan membosankan. Ketika pasangan terlalu sering terhubung, elemen kejutan dan kegembiraan yang biasanya hadir dalam hubungan bisa hilang. Pasangan mungkin merasa mereka sudah mengetahui semua yang terjadi dalam kehidupan satu sama lain, sehingga tidak ada lagi hal baru yang menarik untuk dibicarakan atau dinantikan. Kebosanan ini bisa menjadi racun bagi hubungan, karena bisa menyebabkan salah satu atau kedua pihak mencari kegembiraan di tempat lain, yang pada akhirnya bisa merusak hubungan tersebut.
7. Mengabaikan Kehidupan Nyata
Video call yang berlebihan juga bisa membuat seseorang mengabaikan kehidupan nyata di sekitarnya. Ketika terlalu fokus pada hubungan virtual, seseorang mungkin tidak memberikan perhatian yang cukup kepada orang-orang di sekitarnya, seperti keluarga, teman, atau rekan kerja. Ini bisa menciptakan ketidakseimbangan dalam kehidupan sosial seseorang, yang pada akhirnya bisa berdampak negatif pada kesejahteraan mental dan emosional. Selain itu, mengabaikan kehidupan nyata demi hubungan virtual bisa membuat seseorang merasa terisolasi dan kurang memiliki dukungan sosial yang kuat di dunia nyata.
8. Risiko Privasi dan Keamanan
Aspek lain yang perlu dipertimbangkan adalah risiko privasi dan keamanan yang terkait dengan video call. Meskipun teknologi telah berkembang pesat, masih ada risiko bahwa percakapan pribadi bisa disadap atau direkam tanpa sepengetahuan salah satu pihak. Ini bisa menyebabkan masalah serius, terutama jika informasi pribadi atau intim jatuh ke tangan yang salah. Pasangan perlu waspada dan memahami risiko ini sebelum memutuskan untuk sering melakukan video call, terutama jika mereka menggunakan jaringan atau perangkat yang tidak aman.
9. Membangun Kualitas Waktu yang Lebih Bermakna
Alih-alih menghabiskan waktu untuk video call yang berlebihan, pasangan sebaiknya fokus pada kualitas waktu yang mereka habiskan bersama, baik secara virtual maupun tatap muka. Ini bisa berupa merencanakan kegiatan yang lebih bermakna selama video call, seperti bermain game bersama, menonton film, atau berdiskusi tentang topik yang mendalam. Selain itu, mengurangi frekuensi video call dan menggantinya dengan komunikasi yang lebih singkat namun bermakna, seperti pesan teks atau panggilan suara, bisa membantu menjaga kesegaran dan keaslian dalam hubungan.
10. Menemukan Keseimbangan yang Tepat
Pada akhirnya, kunci untuk menggunakan video call dengan bijak dalam hubungan adalah menemukan keseimbangan yang tepat. Pasangan perlu memahami bahwa video call hanyalah salah satu alat komunikasi, dan tidak seharusnya menjadi satu-satunya cara untuk terhubung. Dengan menemukan keseimbangan antara kebersamaan dan ruang pribadi, antara komunikasi virtual dan kehidupan nyata, pasangan bisa menjaga hubungan mereka tetap sehat, bahagia, dan bermakna.