Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengingat Kembali Ledakan Bom Atom Hiroshima dan Upaya Mencegah Kejadian Serupa Tidak Terulang Kembali

6 Agustus 2024   01:03 Diperbarui: 6 Agustus 2024   01:16 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ledakan Bom Atom (sumber gambar:https://news.detik.com)

Pada tanggal 6 Agustus 1945, dunia menyaksikan salah satu tragedi paling mengerikan dalam sejarah kemanusiaan. Sebuah bom atom yang dijuluki "Little Boy" dijatuhkan oleh Amerika Serikat di kota Hiroshima, Jepang. Ledakan dahsyat ini tidak hanya menghancurkan kota dan membunuh sekitar 140.000 orang, tetapi juga meninggalkan dampak jangka panjang yang mengerikan bagi para korban selamat dan generasi berikutnya. Peristiwa ini bukan hanya menjadi titik balik dalam Perang Dunia II, tetapi juga mengubah pandangan dunia terhadap penggunaan senjata nuklir.

Tragedi Hiroshima: Dampak Langsung dan Jangka Panjang

Bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima memiliki kekuatan setara dengan 15.000 ton TNT. Dalam sekejap, kota yang sebelumnya hidup dengan kegiatan sehari-hari berubah menjadi lautan api. Ribuan orang tewas seketika akibat panas dan gelombang kejut yang dihasilkan oleh ledakan. Banyak yang tewas karena luka bakar parah, terkena puing-puing bangunan yang hancur, atau terpapar radiasi mematikan. Mereka yang selamat dari ledakan awal sering kali menderita akibat radiasi, yang menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker, leukemia, dan gangguan kesehatan lainnya yang muncul bertahun-tahun setelah kejadian.

Dampak psikologis dari tragedi ini juga tidak bisa diremehkan. Para korban yang selamat, dikenal sebagai hibakusha, menghadapi trauma yang mendalam dan stigma sosial. Mereka tidak hanya harus berjuang melawan efek kesehatan yang mengerikan, tetapi juga menghadapi diskriminasi dari masyarakat yang takut akan penyebaran penyakit akibat radiasi. Kesulitan ini sering kali menambah penderitaan mereka, membuat proses pemulihan menjadi lebih sulit.

Refleksi Global dan Perubahan Paradigma

Peristiwa Hiroshima mengubah pandangan dunia tentang perang dan penggunaan senjata nuklir. Sebelum bom atom digunakan, kekuatan destruktifnya hanya bisa dibayangkan. Namun, setelah Hiroshima, dunia menyaksikan sendiri kehancuran yang bisa ditimbulkan oleh senjata semacam itu. Tragedi ini memicu perdebatan internasional mengenai moralitas penggunaan senjata pemusnah massal. Banyak yang bertanya, apakah kemenangan dalam perang sebanding dengan kehancuran total yang diakibatkan oleh senjata nuklir?

Tidak hanya itu, peristiwa ini juga menginspirasi gerakan-gerakan perdamaian di seluruh dunia. Organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mulai gencar mendorong upaya perlucutan senjata nuklir dan pengendalian penyebarannya. Kampanye-kampanye anti-nuklir, baik di Jepang maupun di negara-negara lain, mulai muncul, berusaha untuk menyadarkan masyarakat akan bahaya penggunaan senjata nuklir dan mendorong perdamaian dunia.

Upaya Mencegah Kejadian Serupa Tidak Terulang Kembali

Setelah ledakan Hiroshima dan Nagasaki, dunia menyadari bahwa senjata nuklir adalah ancaman nyata bagi kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, berbagai langkah diambil untuk mencegah kejadian serupa tidak terulang kembali. Salah satu langkah terpenting adalah pembentukan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) pada tahun 1968. Traktat ini bertujuan untuk mencegah penyebaran senjata nuklir, mempromosikan penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai, dan mendorong perlucutan senjata nuklir di seluruh dunia.

Negara-negara yang menandatangani NPT sepakat untuk tidak mengembangkan atau memperoleh senjata nuklir, dan bagi negara-negara yang sudah memilikinya, mereka berkomitmen untuk mengurangi persediaan senjata nuklir mereka. Namun, meskipun traktat ini merupakan langkah besar ke arah yang benar, tantangan tetap ada. Beberapa negara menolak untuk menandatangani traktat ini, sementara yang lain melanjutkan pengembangan senjata nuklir meskipun telah menandatanganinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun