Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hobi Merawat Hutan, Membawa Kami ke Pelaminan

28 Juli 2024   11:49 Diperbarui: 28 Juli 2024   11:56 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar: https://travel.kompas.com)

Di tengah hutan Kalimantan yang rimbun dan asri, terdapat sebuah kampung kecil bernama Desa Lestari. Desa ini terkenal dengan keindahan alamnya serta warganya yang memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Di desa inilah aku, Ardi, tinggal dan dibesarkan. Sejak kecil, aku telah diajarkan oleh ayahku untuk merawat hutan. "Hutan adalah paru-paru duSafa, Nak. Tanpa hutan, kita tidak bisa bernapas dengan lega," kata ayahku saat kami menanam pohon bersama.

Suatu hari, saat aku sedang melakukan patroli rutin di hutan, aku bertemu dengan seorang gadis yang tak pernah kulihat sebelumnya. Dia sedang memungut sampah yang berserakan di sepanjang jalan setapak. Dengan rambut panjang yang diikat ekor kuda dan wajah penuh semangat, dia terlihat sangat fokus pada pekerjaannya. "Hai, boleh aku membantu?" tanyaku sambil tersenyum. Dia menoleh dan membalas senyumanku, "Tentu saja, semakin banyak yang peduli pada hutan, semakin baik."

Namanya adalah Safa, seorang relawan dari kota yang memiliki misi untuk menjaga kelestarian hutan Kalimantan. Kami mulai bekerja bersama, memungut sampah, menanam pohon, dan membuat tempat penampungan air bagi satwa liar. Semakin sering kami bekerja bersama, semakin aku mengenalnya. Safa adalah seorang yang penuh semangat dan dedikasi. Dia bercerita bahwa kecintaannya pada alam dimulai saat dia masih kecil, ketika kakeknya mengajaknya berkemah di hutan. "Sejak saat itu, aku tahu bahwa aku ingin melakukan sesuatu untuk menjaga bumi ini," katanya dengan mata berbinar.

Baca juga: Nyanyian Alam

Hari demi hari berlalu, kami semakin dekat. Bukan hanya karena hobi yang sama, tetapi juga karena kami saling mengerti dan mendukung satu sama lain. Aku merasa menemukan sahabat sejati, seseorang yang memiliki tujuan hidup yang sama. Hingga suatu hari, di tengah hutan yang sunyi dan hanya diiringi suara burung dan angin yang berhembus, aku menyadari bahwa perasaanku pada Safa telah tumbuh menjadi lebih dari sekadar persahabatan. Aku mencintainya.

Namun, aku tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Setiap kali kami bekerja bersama, aku selalu ragu untuk mengatakan apa yang ada di hatiku. Hingga suatu hari, saat kami sedang beristirahat di bawah pohon besar setelah menanam beberapa pohon baru, Safa tiba-tiba berkata, "Ardi, ada sesuatu yang ingin kubicarakan." Aku merasa jantungku berdetak lebih cepat. "Apa itu, Safa?"

Dia tersenyum manis dan berkata, "Aku senang bisa bertemu denganmu dan bekerja bersamamu di sini. Kau membuatku merasa seperti di rumah, dan aku merasa kita bisa melakukan banyak hal baik bersama." Aku merasa ada harapan dalam kata-katanya. "Safa, aku juga merasa demikian. Sebenarnya, ada sesuatu yang ingin kukatakan sejak lama," kataku dengan gugup.

Dia menatapku dengan penuh perhatian. "Aku mencintaimu, Safa. Bukan hanya karena kita berbagi hobi yang sama, tetapi karena aku merasa kamu adalah bagian dari hidupku yang tak tergantikan." Safa terdiam sejenak, kemudian tersenyum lebar. "Aku juga mencintaimu, Ardi. Aku senang kita akhirnya bisa mengatakannya."

Sejak saat itu, kami bukan hanya bekerja sama sebagai teman, tetapi juga sebagai pasangan. Kami semakin giat merawat hutan, bahkan mengajak lebih banyak orang untuk bergabung dengan kami. Kami ingin Desa Lestari menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam menjaga kelestarian alam.

Beberapa bulan kemudian, di bawah pohon besar tempat kami sering beristirahat, aku melamar Safa. Dengan mata berkaca-kaca, dia menerima lamaranku. Kami menikah dengan sederhana di desa, dikelilingi oleh keluarga, teman-teman, dan tentunya, hutan yang telah kami rawat bersama.

Hobi merawat hutan yang membawa kami bertemu, kini menjadi bagian dari kehidupan kami sebagai pasangan suami istri. Kami berjanji untuk selalu menjaga hutan ini, bukan hanya untuk kami, tetapi untuk generasi mendatang. Hutan Kalimantan yang asri dan indah ini akan selalu menjadi saksi bisu dari kisah cinta kami yang berawal dari dedikasi pada alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun