Di sebuah desa kecil yang tersembunyi di balik perbukitan hijau, hiduplah seorang ibu bernama Elvi. Elvi adalah sosok wanita yang tangguh dan penuh kasih. Ia memiliki tiga orang anak yang sangat ia cintai: Haris, Lina, dan Wadi. Hidup mereka tidaklah mudah. Setelah suaminya meninggal akibat kecelakaan kerja, Elvi harus menjadi tulang punggung keluarga, menghidupi ketiga anaknya dengan segala keterbatasan yang ada.
Setiap pagi, sebelum matahari terbit, Elvi sudah bangun dan mempersiapkan dagangannya. Ia menjual sayur mayur di pasar desa. Meski tubuhnya letih dan tangannya kasar karena bekerja keras, senyum tak pernah lepas dari wajahnya saat melihat anak-anaknya. Baginya, kebahagiaan anak-anak adalah segalanya.
Haris, anak sulungnya, adalah anak yang cerdas dan selalu mendapatkan nilai terbaik di sekolah. Namun, ia sering merasa sedih melihat ibunya harus bekerja keras sendirian. "Bu, Haris ingin membantu Ibu. Mungkin Haris bisa bekerja paruh waktu," kata Haris suatu hari.
Elvi menggelengkan kepala dan tersenyum lembut. "Tidak, Nak. Tugasmu adalah belajar dan mencapai cita-citamu. Ibu ingin kalian semua sukses dan tidak perlu mengalami kesulitan seperti Ibu," jawabnya dengan penuh kasih.
Hari-hari terus berlalu, dan Elvi semakin bekerja keras. Ia tak hanya menjual sayur di pasar, tetapi juga mengambil pekerjaan tambahan sebagai buruh cuci di rumah-rumah tetangga. Malam harinya, ia sering kali masih terjaga, menjahit pakaian untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Setiap tetes keringat dan lelah yang dirasakannya adalah demi masa depan anak-anaknya.
Lina, anak kedua Elvi, memiliki bakat luar biasa dalam seni. Ia sangat pandai melukis dan sering kali mendapat pujian dari gurunya. Namun, peralatan melukis yang dimilikinya sangat terbatas. Elvi yang menyadari bakat anaknya itu, selalu menyisihkan sedikit uang dari hasil kerjanya untuk membeli cat dan kanvas, meski itu berarti ia harus mengurangi kebutuhan pribadinya.
"Bu, Lina takut kita kehabisan uang," kata Lina suatu malam ketika melihat ibunya pulang larut dan terlihat sangat lelah.
"Ibu sudah berjanji pada diri sendiri untuk mendukung kalian semampu Ibu. Jangan khawatirkan uang, Lina. Yang penting kalian tetap semangat mengejar impian," jawab Elvi sambil membelai rambut Lina dengan penuh kasih.
Wadi, anak bungsu yang selalu ceria, memiliki minat besar pada sains. Ia sering kali membuat percobaan sederhana di rumah dengan alat-alat seadanya. Melihat antusiasme Wadi, Elvi sering kali pergi ke perpustakaan desa untuk meminjam buku-buku sains agar Wadi bisa belajar lebih banyak.
Suatu hari, kepala sekolah Haris, Pak Rudi, datang ke rumah mereka. Ia membawa kabar yang sangat menggembirakan. "Bu Elvi, Haris mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah di kota. Ini kesempatan besar untuk masa depannya," ujar Pak Rudi.