Mata Elvi berkaca-kaca mendengar kabar itu. Ia sangat bangga dan bahagia, namun ada juga kekhawatiran dalam hatinya. "Bagaimana dengan biaya hidup di kota, Pak?" tanyanya dengan suara pelan.
"Beasiswanya cukup untuk menutupi sebagian besar biaya, Bu. Kami akan membantu mencari solusi untuk kekurangannya," jawab Pak Rudi menenangkan.
Elvi bertekad untuk mengumpulkan uang lebih banyak demi masa depan Haris. Ia bekerja lebih keras lagi, bahkan hingga larut malam. Meski tubuhnya semakin lemah, semangatnya tak pernah pudar. Ia percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk memutus rantai kemiskinan yang membelenggu keluarganya.
Bulan demi bulan berlalu. Haris berangkat ke kota untuk melanjutkan pendidikannya. Elvi merasa kehilangan, namun ia juga sangat bangga. Ia tahu ini adalah langkah awal menuju masa depan yang lebih baik. Di sisi lain, Lina dan Wadi terus menunjukkan perkembangan yang luar biasa dalam bakat masing-masing. Dukungan tanpa henti dari Elvi membuat mereka semakin bersemangat.
Suatu hari, saat Elvi sedang berjualan di pasar, ia menerima surat dari Haris. Surat itu berisi kabar gembira bahwa Haris mendapatkan penghargaan sebagai siswa terbaik di sekolahnya. Tak hanya itu, Haris juga menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada ibunya atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang telah diberikan.
"Ibu, semua ini berkat Ibu. Haris akan terus berjuang dan tidak akan mengecewakan Ibu. Doakan Haris selalu, Bu," tulis Haris dalam suratnya.
Air mata Elvi mengalir saat membaca surat itu. Rasa bangga dan haru bercampur menjadi satu. Ia merasa segala jerih payah dan pengorbanannya tidak sia-sia. Anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang hebat dan penuh semangat. Bagi Elvi, itu adalah kebahagiaan yang tak ternilai harganya.
Tahun-tahun berlalu, Haris berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan gemilang dan mendapatkan pekerjaan yang baik. Lina menjadi seorang pelukis terkenal, karyanya dipamerkan di berbagai galeri seni. Wadi, dengan kegigihannya, berhasil menjadi seorang ilmuwan yang diakui di tingkat nasional.
Pada suatu hari yang cerah, Elvi duduk di teras rumahnya yang sederhana. Di sekelilingnya, anak-anaknya berkumpul, membawa kabar gembira tentang pencapaian mereka masing-masing. Elvi tersenyum bahagia, menyadari bahwa perjuangannya selama ini telah membuahkan hasil yang luar biasa.
"Terima kasih, Ibu, atas segala yang telah Ibu lakukan untuk kami," kata Haris mewakili saudara-saudaranya.
Elvi memeluk anak-anaknya dengan erat. "Ibu hanya ingin melihat kalian bahagia dan sukses. Itulah impian terbesar Ibu," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.