Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jiwa Seorang Lelaki

17 Juli 2024   19:23 Diperbarui: 17 Juli 2024   19:38 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mujad merasa ada hangat di dadanya mendengar kata-kata ibunya. Dia tahu, meskipun hidup mereka penuh dengan kesulitan, cinta dan dukungan keluarga adalah sumber kekuatan terbesarnya.

Setelah makan malam, Mujad membantu ibunya dan Sari membersihkan meja dan menyiapkan segala sesuatunya untuk tidur. Dia tahu bahwa esok hari akan datang lagi dengan tantangan baru, tetapi dengan semangat dan tekad, dia siap untuk menghadapinya.

Di bawah terik matahari dan dalam peluh keringat yang tak henti-hentinya, Mujad menemukan kekuatan dalam cinta dan harapan. Ia tahu perjuangannya tidak akan mudah, tetapi dia juga tahu bahwa di balik setiap kesulitan, ada cinta yang selalu ada untuknya.

Dengan keyakinan itu, Mujad tertidur malam itu dengan damai, siap menghadapi hari baru demi keluarganya yang tercinta.

Matahari pagi memasuki kamar Mujad lewat celah-celah jendela. Mujad terbangun lebih awal dari biasanya, bersemangat untuk memulai hari baru. Dia mengatur napasnya, merasakan kebanggaan dalam diri atas kerja keras yang telah dia lakukan. Dia tahu, setiap tetes keringat dan setiap jam kerja keras akan membawa mereka sedikit lebih dekat ke kehidupan yang lebih baik.

Selesai sarapan, Mujad melanjutkan perjalanan menuju lokasi proyek dengan sepeda tuanya. Pikirannya melayang kepada rencana-rencana kecil untuk keluarganya mungkin membeli bahan makanan yang lebih bergizi, atau membelikan Sari sepatu baru untuk sekolah.

Setibanya di lokasi, Mujad disambut oleh suasana yang berbeda. Bos proyek, Pak Jamil, tampak sedang berbicara serius dengan beberapa pekerja lain. Saat Mujad mendekat, Pak Jamil memanggilnya.

"Mujad, ada kabar buruk," kata Pak Jamil dengan nada serius.

"Hah? Apa yang terjadi, Pak?" tanya Mujad, merasa khawatir.

"Proyek ini mengalami kendala. Ada beberapa bahan bangunan yang belum tiba, jadi pekerjaan kita harus berhenti sementara," jelas Pak Jamil. "Kalau begitu, kita tidak bisa membayar upah hari ini."

Rasa kecewa langsung melanda hati Mujad. Dia tahu betapa pentingnya uang yang dia dapatkan dari pekerjaan ini untuk keluarga mereka. Namun, dia mencoba menenangkan dirinya dan tetap tegar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun