Mohon tunggu...
Awaluddin Jamal
Awaluddin Jamal Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Belajar Merangkai Kata, Lulusan D-IV STKS Bandung, Abdi Negara, Penyuka Wanita, Wija To Luwu.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Nurdin, Ridwan, Risma, Digilir Saja

21 September 2014   04:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:05 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa waktu terakhir, masyarakat Indonesia disuguhi oleh perdebatan tentang Rancangan Undang-Undang (RUU) Pemilukada. Salah satu hal yang menjadi pro-kontra dalam RUU ini adalah tata cara pemilihan umum kepala daerah. Pada RUU yang menjelang disahkan ini, pemilukada rencananya akan dikembalikan ke DPRD. Tidak dipilih langsung oleh masyarakat lagi, seperti sekarang ini. Sebagai masyarakat biasa, jika hal ini benar-benar terjadi, saya sangat menyayangkan. Bagaimanapun, menurut saya, pemilukada secara langsung masih lebih baik dibanding pemilukada di DPRD. Salah satu yang menjadi alasan, dengan pemilukada langsung, harapan akan hadirnya kepala daerah yang seperti Nurdin Abdullah (Bupati Bantaeng), Ridwan Kamil (Walikota Bandung), dan Tri Rismaharini (Walikota Surabaya), masih ada.

Jika dipilih DPRD, sangat sulit untuk membayangkan hal tersebut bisa terjadi.

Saya bukan tidak percaya, anggota DPRD yang terhormat akan bisa memilih calon pemimpin yang baik. Akan tetapi, seleksi untuk menjadi calon yang nantinya bisa membuat wakil-wakil rakyat harus memilih terbatas dan seadanya. [caption id="" align="aligncenter" width="465" caption="sumber gambar : rinaldimunir.wordpress.com"][/caption] Ya seadanya, karena hampir bisa dipastikan akan sulit bagi orang-orang seperti Nurdin, Ridwan dan Risma untuk ikut bersaing. Pasalnya, mereka-mereka bukanlah orang partai politik ataupun dengan dengan lingkaran partai. Padahal, hampir bisa dipastikan juga, partai politik nantinya akan mengusung calon kepada daerah yang bisa sejalan dengan kepentingan partai. Urusan kemampuan dan popularitas, tidak dibutuhkan lagi. Toh, pemilihan sudah tidak dilakukan secara terbuka. Hanya puluhan orang saja yang punya hak suara.

Siapa pula yang memastikan, kalau puluhan orang di DPRD ini tidak punya kepentingan pribadi?

Di balik semua kekurangan pemilukada langsung, setidaknya dari sana, masyarakat masih bisa melihat secercah harapan. Jangan biarkan harapan itu sirna. Ibarat api, harapan ini harus terus dijaga agar tetap menyala. Apapun caranya. Akan tetapi, jika pada akhirnya, pemilukada terpaksa akan kembali di DPRD. Saya hanya bisa meminta, kalau bisa Nurdin, Ridwan dan Risma, digilir saja untuk menjadi bupati/walikota di Indonesia. Karena, bukan hanya masyarakat Bantaeng yang ingin menikmati Brigade Siaga Bencana. Bukan hanya masyarakat Bandung yang ingin kotanya kreatif. Dan bukan hanya masyarakat Surabaya yang ingin menikmati taman kota yang bersih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun