Sekitar pukul 18.10 kami memutuskan turun. Sebelum berangkat pulang kami menunggu adzan maghrib benar-benar selesai. Melihat beberapa pedagang makanan laut segar masih berjualan, akhirnya kami memutuskan membeli, selain harganya murah jika kami sampai villa pukul 20:00, bisa kami pakai untuk bakar-bakaran kan.
Beberapa santapan laut yang sudah matang kami coba, sedangkan yang mentah kami beli untuk makan malam nanti. Kami membeli udang segar dan daging ikan pari. Kami menyimpan belanjaan tersebut tepat di belakang kursi terakhir mobil kami.
Disaat aku dan Ririn membeli makanan, beberapa temanku ke toilet untuk sekedar membersihkan kaki. Dan saat itu hanif mengobrol dengan beberapa teman yang duduk didalam sambil memegang pintu pintu kedua sebelah kiri.
"Ih ini pantai pas maghrib langsung sepi banget ya" ujarnya.
"Husssh pamali bilang gitu." timpalku.
"Apa. Aku cuman bilang sepi." balasnya padaku seraya menatap heran.
"Serah." langkahku sambil menutup pintu mobil belakang dan menuju pintu yang Hanif buka.
Sebelum aku masuk. Sebenarnya ini boleh dipercaya atau tidak. Aku melihat seseorang berdiri tepat dibelakang Hanif mematung, yang jelas tidak perlu dideskripsikan seperti apa. Rambutnya yang terurai, dengan posisi membelakangi Hanif namun agak menjorok ke samping kanannya. Segera aku masuk, rasanya aku ingin menyumpal mulut anak itu.
Setelah temanku kembali ke mobil. Semuanya masuk dan segera bersiap pulang. Seseorang yang ku lihat dibelakang Hanif pun sudah tak nampak. Syukurlah. Mungkin iseng. Bagaimana tidak, Hanif memang tidak sesekali mengatakan pantai itu sepi. Sejak turun dari bukit dia sudah mengatakannya lebih dulu saat sampai di bibir pantai.
Mobil pun bergerak menuju villa. Beberapa menit lepas dari pintu keluar pantai, kami harus berjalan pelan karena ada bus disusul motor dan mobil yang harus kami ikuti. Mas Bram sapaan akrabnya yang saat itu mengemudikan kendaraan mengatakan ingin menyalip ketiga kendaraan tersebut agar bisa lebih cepat.
Selain itu, jalan yang harus kami lewati cukup terjal dan menukik. Segera mengambil aba-aba untuk menyalip satu persatu kendaraan di depan kami. Mobil pertama berhasil kami lewati, berikutnya motor dan bus harus kami lewati. Motor dengan dua orang wanita berboncengan tampaknya cukup lambat mengendarainya sebab ia pun mungkin harus berjaga jarak dengan bus di depannya.