Mohon tunggu...
Awaluddin Jalil
Awaluddin Jalil Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria sederhana yang masih berusaha menggapai mimpi. Seorang jurnalis yang berdomisili di Samarinda, Kalimantan Timur.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Jangan Terlalu Memuji RD

15 November 2011   02:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:39 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

[caption id="attachment_142275" align="alignleft" width="300" caption="Foto: Rahmad Darmawan (Heru Haryono/okezone)"][/caption] Tulisan ini bukan untuk mengecilkan seorang Rahmad Darmawan, tapi untuk mengingatkan kita semua untuk tidak terlalu tenggelam dalam euphoria kemenangan. Rahmad memang pelatih masa depan Indonesia. Punya strategi yang mumpuni dan paling penting, ia mampu menyatukan anak-anak muda Indonesia menjadi satu tim work layaknya satu pleton prajurit siap perang. Sejauh ini ia sudah kembali menghidupkan asa dan kebanggaan pada Timnas Indonesia. Itu patut dapat apresiasi.

Namun apresiasi berlebihan juga akan menimbulkan ekspektasi berlebihan. Kalau gagal misalnya, kita akan kembali jatuh terhempas. Menyakitkan. Hal ini yang sangat kita khawatirkan. Hingga pujian itu berbalik menjadi cacian.

Kebanyakan dari kita, terlalu cepat memuji. Parahnya lagi, kita terlalu mudah membandingkan. Tuntutan untuk mengganti Wim Rijsbergen dari kursi pelatih timnas senior mengemuka. Meminta Rahmad untuk segera menggantikan. Kemudian membandingkan Wim dengan Rahmat, Wim dengan Riedl, atau Wim dengan pelatih lain.

Coba bandingkan Wim dengan Rahmad, siapa yang lebih punya prestasi mentereng. Apalagi dengan Riedl, lihat saja perjalanan Laos di Sea Games kali ini. Tidak ada apa-apanya. Kalaupun kemudian Indonesia meraih emas Sea games, itu memang sudah seharusnya. Sudah lama sebenarnya tim ini mampu meraih yang terbaik di Asia Tenggara.

Kebijakan pemilihan pelatih bukan perkara sembarang. PSSI tentu tidak mau berbuat blunder dengan menunjuk pelatih sembarangan. Wim juga bukan pelatih abal-abal. Setidaknya dia pernah merasakan ikut Piala Dunia dua kali membela Belanda. Tim yang terkenal total football-nya.

Lantas kenapa timnas senior kalah terus? Bisa jadi karena memang tim ini sudah tidak bisa diapa-apakan lagi. Sekarang coba dipikir, pelatih mana yang mampu menangani timnas Indonesia senior dengan permainan yang lebih menarik dan meraih prestasi. Kita juga akan bingung. Apalagi pemain kita mudah ngambekan, sering indisipliner. Itu sudah penyakit akut, parah. Solusinya ya amputasi.

Oleh karena itu, biarkan proses berjalan. Proses itu harus kita kawal agar tidak melenceng. Berbagai kepentingan yang tidak ada sangkut pautnya dengan sepakbola kita tendang ramai-ramai. Biarkan Rahmat Darmawan menjalani proses kaderisasinya.

Untuk menjadi seorang Direktur yang berpengalaman, tentu ia harus cukup lama menjadi wakil direktur. Itulah proses, itulah kaderisasi. Tidak akan pernah menghasilkan apapun dengan proses yang instan. Kalau proses ini berjalan dengan baik, kita tidak hanya punya pemain hebat dan berbakat, tapi juga pelatih kelas dunia asli Indonesia.

Saya pun berpikiran sama dengan supporter Indonesia lainnya, PECAT WIM. Ganti dengan yang lebih baik. Tapi siapa? Siapa pelatih mumpuni, kelas internasional, tapi mau digaji di bawah standar pelatih profesional. Anda pernah tahu berapa alokasi anggaran untuk PSSI setiap tahunnya? Saya malah tidak yakin para anggota dewan yang terhormat dengan gaya hidup hedonis ikut memikirkan PSSI.

Negeri ini penuh dengan mafia yang selalu menggerogoti anggaran negara, termasuk dalam dunia olahraga. Korupsi dan salah kebijakan membuat kita termiskinkan. Jangan lupa, kisruh PSSI juga belum ada ujungnya. Semoga proses itu tidak tersendat oleh hal-hal yang memuakkan ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun