Mohon tunggu...
Awalina Nur Farikhah
Awalina Nur Farikhah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

keep trying

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Hadis yang Membimbing Hati"

29 November 2024   12:45 Diperbarui: 29 November 2024   12:45 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Hadis yang Membimbing Hati"
Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang pemuda bernama Fajri. Ia seorang yang sederhana, tinggal bersama kedua orang tuanya di sebuah rumah kayu di pinggir desa. Meskipun kesehariannya tidak jauh dari pekerjaan di ladang, ia sering mengikuti pengajian dan mendalami kitab-kitab hadis yang diajarkan oleh seorang kyai bijak, kyai Husein.


Suatu sore, usai maghrib, Fajri duduk di dekat jendela rumahnya, menatap langit yang mulai gelap. Ia memikirkan kata-kata kyai Husein yang baru saja ia dengar beberapa waktu lalu. Kyai Husein berkata dalam pengajian,"hadis-hadis Rasulullah SAW adalah petunjuk hidup. Mereka bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi cahaya yang dapat membimbing kita dalam setiap langkah hidup".


Fajri tidak pernah melupakan kalimat itu. Dalam hati ia bertanya, apakah ia sudah benar-benar mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-harinya?


Pagi itu, Fajri terbangun lebih awal dari biasanya. Ia merasa hatinya lebih tenang, dan seolah ada dorongan kuat untuk bergegas menuju masjid. Sesampainya di sana, kyai Husein sudah duduk di depan jamaah, bersiap memulai pengajian. Fajri duduk di barisan depan, menyimak dengan penuh perhatian.


Kyai Husein membuka pengajian dengan sebuah hadits yang disampaikannya dengan suara yang lembut namun tegas:


"barangsiapa yang menolong saudaranya dalam kesulitan, maka Allah akan menolongnya di dunia dan di akhirat".(HR.Muslim)


Fajri terenak mendengar hadis tersebut. Dalam hati, ia merasa ada sebuah pesan yang sangat dalam. Sejak kecil, ia selalu menganggap ibunya cukup sederhana, bahkan cenderung pas-pasan. Namun, dalam setiap kesempatan, ia selalu berusaha menolong orang lain dengan apa yang ia bisa, meskipun tidak banyak.


Hari itu, Fajri memutuskan untuk menjalani hidupnya dengan lebih bersungguh-sungguh dalam menolong sesama. Ia mulai memperhatikan sekitar, dan melihat bahwa banyak orang di desanya membutuhkan bantuan.


Pada suatu hari, seorang wanita tua, Bu Siti, yang tinggal sendirian di ujung desa, datang menghadap Fajri. Ia tampak cemas. Dengan suara pelan, Bu Siti berkata,"Fajri, anakku... Rumahku rusak akibat hujan kemarin. Atapnya bocor, dan aku tak mampu memperbaikinya."
Fajri menatap Bu Siti dengan penuh perhatian. Tanpa berpikir panjang, ia segera menawarkan diri untuk membantu memperbaiki atap rumah Bu Siti. Ia menyadari bahwa meskipun dirinya tidak kaya, ia memiliki tenaga dan waktu yang bisa digunakan untuk membantu orang lain.


Keesokan harinya, dengan alat-alat seadanya, Fajri dan beberapa tetangganya mulai bekerja memperbaiki atap rumah Bu Siti. Selama proses itu, pak jadi merasa hatinya dipenuhi dengan rasa syukur dan kebahagiaan. Ia merasa ada kedamaian yang datang setiap kali ia melakukan kebaikan. Bahkan, tetangganya yang melihatnya ikut tergerak untuk membantu.


Setelah beberapa hari, atap rumah Bu Siti akhirnya selesai diperbaiki. Bu Siti tidak bisa menahan air matanya."terima kasih, Fajri. Kamu adalah anak yang baik. Allah pasti akan membalas kebaikanmu,"ujarnya dengan penuh haru.
Fajri tersenyum. "Bu Siti, Saya hanya menolong sedikit. Ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang telah Allah berikan kepada saya".


Seminggu kemudian, Fajri mengalami sebuah kejadian yang membuatnya semakin mengerti arti dari hadis yang pernah ia dengar. Saat sedang berjalan pulang dari masjid, iaa melihat seorang lelaki baru bayar sedang duduk di pinggir jalan, dampak kebingungan. Fajri mendekatinya dan bertanya,"pak, ada yang bisa saya bantu?".


Lelaki itu mengangkat kepala, dan terlihat raut wajahnya yang cemas."Saya kehilangan dompet saya, anak muda. Tanpa uang, Saya tidak tahu bagaimana caranya pulang ke rumah."


Fajri merasa iba, dan tanpa berpikir panjang ia merogoh sakunya. Ia mengeluarkan sejumlah uang yang cukup untuk membantu lelaki itu pulang. Lelaki itu terkejut dan mengucapkan terima kasih dengan penuh syukur.
Namun, pak jadi merasa ada yang aneh. Iya ngerasa seperti mendapatkan energi positif setelah membantu orang itu, meskipun ia tidak mengharapkan balasan.

 Saat melanjutkan langkahnya, iya teringat kembali pada hadis yang dibacakan kyai Husein beberapa waktu lalu."barang siapa yang menolong saudaranya dalam kesulitan, maka Allah akan menolongnya".


Di malam harinya, saat ia duduk di pojok masjid, menata bintang-bintang yang bersinar di langit, Fajri merasakan kedamaian yang luar biasa. Ya mulai memahami bahwa menolong sesama bukan hanya sekedar memberikan bantuan, tetapi juga membuka jalan bagi dirinya untuk menerima pertolongan Allah yang lebih besar.


Pada suatu pengajian, kyai Husein menyampaikan hadis lainnya yang seakan berbicara langsung kepada Fajri:


"sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain".(HR Ahmad)


Fajri tersenyum, seolah-olah ia menemukan jawaban atau semua pencariannya. Ia menyadari bahwa dalam setiap kebaikan yang ia lakukan, agar sedang membimbingnya, dan setiap langkah yang ia ambil menuju kebaikan, semakin mendekatkannya kepada-nya.


Hari-hari berikutnya, Fajri semakin giat menolong orang-orang di sekitarnya. Tidak hanya membantu mereka secara materi. Tetapi juga memberikan perhatian, mendengarkan keluh kesah, dan memberikan semangat bagi mereka yang merasa lemah. Yang merasa hidupnya semakin bermakna. Dengan dirinya, berkembang keyakinan yang semakin kuat bahwa hidup ini bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk memberikan manfaat kepada orang lain.


Fajri menyadari bahwa dalam setiap hadits Rasulullah SAW, ada cahaya yang membantu setiap langkah hidupnya. Memulai hadis, ya belajar tentang makna hidup yang sebenarnya. Ia memahami bahwa tidak ada kebahagiaan sejati selain ketika kita bisa menjadi bermanfaat bagi orang lain dan menjalani hidup sesuai dengan petunjuk Allah SWT.


Dan setiap malam, ketika ia menundukkan kepala untuk tidur, ia merasa tenang dan damai. Iya tahu bahwa dengan mengikuti ajaran-ajaran nabi Muhammad SAW, iya sedang berjalan di jalan yang benar. Sebuah jalan yang tidak hanya membawa kebahagiaan di dunia, tetapi juga kebahagiaan yang abadi di akhirat kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun