malaam itu pukul 23.00 WITA. saya pulang kerumah sudah sore, saya dijemput dengan suara omelan karna pulang lebih lambat. semua keluarga sudah mengagendakan untuk berkumpul  dan membahas soal saya. saya yang sudah tidak tahan akirnya diam-diam mengemas pakain, saat itu saya membawa baju 3 lembar,  celana 2 dan peci hitam yang saya masukkan ke tas lalu saya buang keluar rumah.  saya membulatkan tekat untuk kabur dari rumah demi menggapai cita-cita.Â
saat itu saya membawa uang Rp. 2000, uang itu adalah uang terselip  di kantong hoodie yang kebetulan saya  pakai waktu itu. sebelum ke kota, saya berkunjung kerumah Risal di Boronginru' untuk melakukan konsolidasi. hari itu bertepatan dengan akan di lakukannyya Hering di kantor DPRD kab. Bantaeng terkait soal pungli dan tuduhan malapraktik yang dilakukan oknum dokter. hari itu saya ke Kota bersamaa kawan-kawan LKMB  yang sekaligus mengikuti rapat final check di halaman kantor Balang.Â
di  Balang, saya ddiberikan tugas untuk aktif melakukan advokasi  terhadap kepengurusan di BPJS, Capil, dan RSUD Makkatutu yang bila  mana ada warga yang kesulitan mendapatkan akses pelayanan yang  baik. saya menikmati pekerjaan itu, awalnya saya ber empat yang kemuudian dibentuklah NADA MERA sebagai lembaga saya saat mengadvokasi. MOU yang disepakati saat Hering membuka ruang sebesar-besarnya kepada saya dan Rudi saat proses advokasi.Â
karna mnjadi rutinitas, saya dan rudi akhirnyya terbiasa menghadapi maslah yang awalnya secuil pun saya tidak  mengetahuinya. komunikasi akhirnyya terbangun di  beberapa instansi. saya dan Rudi awalnya kesulitan membangun kerjasama, butuh waktu untuk bisa memperbaiki hubungan dan komunikasi.Â
beberapa bulan kemudian  keluarga saya mendapat berita duka, dimana tante dan om yang berangkat setahun  yang lalu ke Malaysia merantau meninggal dunia, sepulang kerja, mereka berdua tertabrak mobil pengangkut hasil panen ladang. Om  saya sedang dirawat di RS Malaysia sarawak sedangkan tante saya tidak terselamatkan.Â
saat itu saya memberanikan diri untuk  angkat bicara  kepada keluarga, saya menyatakan akan mengurus  pemulagan jenazah tantte saya. tidak  ada yang mempercayai omongan itu. saya bergerak  cepat sebab takut jenazah tersebut semakin lama  semakin sulit untuk dipulangkan. saat kejadian itu,  saya pulang kerumah untuk aktif mengurus administrasi dan persyaratan untuk dipulangkan.Â
seminggu kemudian saya mendapaatkan informasi bahwa tante saya  sudah diberangkatkan sejam sebelum saya mendapatkan informasi tersebut. saat itu pula keluarga saya sudah menerima saya dengan baik dan menerima apa yang saya  lakukan selama ini. saya tentunya sudah menginginkan hal demikian. moment tepat ini dengan penuh rasa kesyukuran mampu membuktikan bahwa pergaulan,  hal yang saya lakukan bukanlah sebuah tindakan yang salah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H