Mohon tunggu...
Awal
Awal Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyuarakan Suara Rakyat Melalui Tulisan

2 Mei 2016   11:37 Diperbarui: 2 Mei 2016   11:40 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suara gemuruh demonstran terdengar begitu lantang menyuarakan aspirasi rakyat. Berjalan kaki menuju singgahsana para anggota dewan yang katanya wakil dari rakyat. Berdiri di depan pagar, berteriak agar para anggota dewan dapat menemui mereka. Namun sayang, ketika aspira yang mereka suarakan tidak mendapat tanggapan, mereka malah bertindak anarkis seperti orang yang tak berpendidikan. Katanya ingin membantu rakyat namun nyatanya ketika mereka berdemonstrasi mereka malah menyusahkan rakyat. Apakah ini sosok yang akan memimpin bangsa ini kedepannya?

Memperjuangkan hak rakyat adalah kewajiban bagi setiap kaum muda yang berintelektual. Sebagai generasi penerus dari bangsa yang akan membawa bangsa ini menjadi bangsa yang disegani oleh bangsa-bangsa lain. Seperti yang selalu diperbincangkan dan menjadi harapan seluruh rakyat Indonesia bahwa Indonesia akan mencapai masa keemasannya pada tahun 2045 dan akan sejajar dengan negara-negara maju. Suatu prediksi sekaligus harapan bagi bangsa Indonesia kedepannya. Semua ini akan terwujud ketika para pemuda saat ini ingin bergerak maju dengan segala pemikiran dan kerja kerasnya. Pemimpin yang hebat bukan hanya pintar berbicara akan tetapi pintar dalam bertindak.

Melakukan demonstrasi bukan suatu hal yang dilarang, bahkan pada masa runtuhnya orde baru pun para pemuda melakukan demonstrasi besar-besaran untuk meruntuhkan rezim Soeharto. Namun zaman telah berubah, sebagai generasi yang berintelektual harus memikirkan terlebih dahulu segala aspek sebelum melakukan demonstrasi. Jangan sampai ingin menyuarakan suara rakyat namun ujung-ujungnya menyusahkan rakyat. Karena banyak diantara para demonstran, ketika berdemonstrasi melakukan penrusakan sarana publik, pembakaran ban di jalan raya bahkan ada yang dengan sengaja memblokir jalan dengan truk yang disita.

Pemandangan seperti itu sudah menjadi kebiasaan dikalangan pemuda. Potret yang begitu memilukan dari anak-anak bangsa yang selalu menggunakan kekerasan dalam bertindak tanpa memikirkan setiap resiko yang ditimbulkan. Ketika semua generasi muda seperti ini, yang selalu berlaku anarkis ketika menyuarakan suara rakyat, maka harapan bangsa di tahun 2045 hanya akan menjadi buah bibir saja.

Menyikap permasalahan diatas, ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menyuarakan suara rakyat, bukan hanya sekedar berdemonstrasi saja. Kegiatan yang dapat dilakukan dan memiliki dampak yang lebih baik adalah melalui tulisan. Seorang pemuda atau pun siapa saja dapat melakukan kritikannya melalui tulisan-tulisan, baik itu melalui surat kabar, buku-buku, puisi ataupun melalui sosial media. Namun, dalam membuat suatu tulisan harus tetap memperhatikan aspek etika di dalamnya. Apa bedanya seorang pemuda yang mengkritik melalui tulisan dengan berdemonstrasi secara langsung kalau bukan dari etika dalam penyampaiaannya.

Hal lain yang menjadi keuntungan ketika seseorang membuat suatu tulisan, yakni tidak adanya orang yang dirugikan secara fisik, memobilisasi massa lebih banyak karena tulisan dapat dikirim melalui media sosial sehingga masyarakat dan pemerintah lebih cepat dan lebih mudah mengetahui maksud yang ingin disampaikan, tidak mengganggu aktivitas masyarakat baik aktivitas sosial maupun aktivitas ekonomi. Melalui tulisan pula, kritikan tidak akan pernah mati dan bahkan akan semakin bertambah.

Inilah tugas dari generasi muda sekarang yang harus berperan aktif dalam membela dan memperjuangkan hak rakyat. Karena perjuangan tidak selamanya menggunakan fisik, akan tetapi sebagai orang yang terpelajaran harus menggunakan akal pikirannya untuk memecahkan segala permasalahan yang ada di negara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun