Mohon tunggu...
Asri M. Amin
Asri M. Amin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa | Petani | Twitter : @asri_juventini | Facebook : Arie D'Bianconeri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku dan Cinta 2 Sahabat Mayaku

26 Juni 2012   07:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:31 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari itu, saat senja hendak mengantarkan mentari kembali ke peraduannya, aku duduk sendiri diberanda rumahku sambil menikmati guratan jingga yang tercetak pada indahnya senja itu. Jam terus bertalu hingga jingga itupun berubah kelam. Dari surau yang tak jauh dari rumahku pun kumandang azan bergema lantang, aku pun segera beranjak masuk untuk tunaikan kewajibanku pada Ilahi.

Setelah tunaikan kewajibanku, aku pun keluar dari kamarku yang rada sempit itu. Sejenak duduk di ruang tengah rumahku sambil membaca buku-buku yang memang sudah berulang kali kubaca, perutku pun mulai terasa perih. Tanpaberpikir panjang langsung saja kuambil kantong kresek yang tergantung di dinding yang tak jauh dari tempatku duduk tadi, dikantong kresek itu masih berisi dua bungkusan mie instan yang kubeli kemarin “lumayan gumamku dalam hati” mungkin cukup untuk mengganjal perutku hingga esok hari. Ya langsung saja kurebus sealakadar tanpa bumbu tambahan lainnya, begitu jadi langsung saja kulahap habis tiada tersisa dan Alhamdulillah perih diperutku itu sejenak hilang. Mie instan bukanlah makanan yang asing bagiku yang tinggal sendiri jauh dari orang tua, apalagi di akhir bulan mie instan kerap menjadi makanan sehari-hari.

Seperti biasanya aku melewati malam-malamku, segera saja kuambil hp-ku yang tadi kutaruh di atas meja belajar kesayanganku. Hp-ku memang bukan hp yang bisa dibilang waah, tapi Alhamdulillah sudah bisa untuk akses internet. Halaman pertama yang kubuka adalah facebook yang memang situs jejaring sosial kegemaranku. Tanpa menunggu waktu lama, kubiarkan saja jari-jariku menari dikotak kosong untuk memulai aksiku dimalam itu. ada beberapa kawanku bilang aku terlalu sering mengupdate status, aah tapi aku tak peduli selama itu tak merugikan orang lain, di statusku aku juga tak mengeluh, bukan memaki, tapi hanya merangkai kata-kata sebisaku saja. Seringnya, kata-kata yang kurangkai bertemakan cinta yang kadang membuatku cekikikan sendiri setelah membacanya.

Malam itu, sebenarnya sebelum jari-jariku menari, mataku sempat memelototi sebuah status yang lewat diberanda, status itulah yang menjadi awal inspirasi jariku menari. Itu adalah status temanku yang bernama Natasya, aku sering menyapanya dengan panggilan Tasya. Malam itu temanku Tasya sepertinya sedang bermasalah dengan pujaan hatinya yang juga temanku Baihaqi atau Boy sapaan akrabku untuknya.

Tak begitu lama setelah statusku terupdate, azan pertanda waktu shalat Isya pun berkumandang. Aku pun tak ingin terlarut di dunia maya dan segera bergegas mengambil wudhu untuk shalat. Sekembalinya aku ke fb selepas shalat, ada banyak notifikasi dan salah satunya Tasya yang mengomentari statusku. Tanpa bisa tertahan sebuah senyuman pun terlepas disudut bibirku, namun sayang pada waktu tidak ada orang beruntung yang bisa melihat senyuman khas ku..hehe

Seperti kebanyakan cewek pada umumnya Tasya juga termasuk sensitif, dia bisa merasakan jika statusku memang bertujuan untuknya. Aku tahu dia malu untuk bertanya apakah status itu benar untuknya dan juga si Boy temanku itu. Dia hanya berseloroh dalam canda saat mengomentari statusku yang katanya bagus, dan aku pun membalas dengan canda pula. Beberapa detik berselang, si Boy pun sepertinya tak mau ketinggalan. Memang dia hanya meramaikan para likers di statusku, tapi aku tahu dia juga mengerti apa yang menjadi tujuan dari statusku.

Tanpa terasa hampir dini hari, mataku pun tak lagi sanggup bertahan. “Besok pun aku kuliah pagi, mungkin sebaiknya aku tidur saja” ujarku dalam hati. Sebelum menuju ke kamar, aku pun memeriksa pintu dan jendela yang mungkin saja belum ku kunci. yaah semua sudah dan langsung saja aku menuju ke pembaringan malamku. Tapi aku tak langsung bisa tertidur, walau sudah dini hari dikamarku terasa agak panas. Sejenak aku bangkit untuk menghidupkan kipas angin. Putaran kipasnya sedikit agak berisik, namun akhirnya aku terlelap dalam hembusannya yang membelaiku.

Beberapa jam aku terlelap di empuknya kasurku, aku pun terbangun ketika suara azan subuh berkumandang. Dengan sedikit sempoyongan aku berjalan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan segera shalat. Sehabis shalat aku berniat untuk kembali tidur dan kurebahkan badanku dikasur, tapi sepertinyadipagi buta itu kasur tak mau berteman denganku. Waktu baru menunjukkan jam 5 pagi. Aku bingung apa yang harus ku lakukan, lalu ku coba membaca buku yang ada di meja belajarku. Waktu pun terus melaju dan mentari mulai membuka tirainya dan perlahan semakin terang. Segera aku bersiap untuk menuju kampus yang memang tak begitu jauh dari rumahku dan menjalani hariku seperti biasanya untuk mewujudkan semua citaku.

..........................................

Hari-hari pun berlalu seiring berjalannya waktu, diawal bulan tertawa riang,diakhir bulan baru merenung... Diawal bulan enaknya nasi, diakhir bulan mie instan jadi solusi. Aaah begitulah hidupku.

Tak punya pekerjaan sampingan dan tinggal jauh dari orang tua, aku lebih banyak berdiam diri dirumah demi menghemat pengeluaran. Untuk membuka usaha kecil-kecilan saja modalku belum cukup. Ibuku dikampung selalu menyemangatiku, ibuku bilang selesaikan saja kuliah dulu, nanti kan ada jalan. Benar kata ibuku memang sekarang aku harus fokus kuliah dulu karena ini sudah semester akhir.

Karena banyak berdiam diri dirumah itulah yang membuatku tak pernah jauh dari facebook, hanya bermodal 10 ribu dengan 35 MB paket data, cukup bagiku untuk seminggu menjelajahi facebook untuk menghilangkan jenuh. Setiap hari aku hampir tak pernah absen dari fb, dan itu semakin membuatku semakin akrab dengan Tasya dan juga Boy temanku.

Suatu hari ketika aku bersenda gurau di fb, Tasya minta nomor hp-ku.. “Ri, boleh minta no hapenya ga?”“untuk apa tanyaku dalam hati” .. “Iya boleh aja kok, jawabku”. Sebenarnya aku merasa tak enak juga karena ini tanpa sepengetahuan Boy yang sudah ku anggap teman walau hanya di fb. Tapi tak apa karena aku hanya niat berteman saja, tak lebih. Itulah yang kupikirkan saat itu.

Dua hari setelahnya, pada siang itu disaat aku sedang menikmati lagu-lagu peterpan kesukaanku tiba-tiba hp-ku berdering, nomornya tak ada dalam kontak hp-ku, “sepertinya ini nomor luar negri” kataku dalam hati. Kuterima saja panggilan telpon itu, lalu terdengar suara lembut menyapaku dengan salam dan langsung saja ku jawab “Wa’alaikumsalam”. Dia memperkenalkan dirinya, “ini Tasya yang di fb” tuturnya, “owh Tasya yang unyu-unyu itu ya” begitulah jawabku dengan canda. Lalu dia bercerita panjang lebar tentang siapa dia dan sedikit tentang kisah asmaranya dengan si Boy. Aku hanya sesekali bertanya karena aku memang tergolong pendiam, selebihnya dia sendiri yang menceritakannya.

Akhirnya aku tahu Tasya adalah orang Surabaya yang kini tinggal di Hongkong mengurus bisnis hotel keluarganya. Aku juga baru tahu kalau Tasya adalah seorang model jilbab muslimah. Tasya memang sangat cantik, dan wajar saja banyak cowok-cowok yang selalu ingin mendekatinya di fb, tak jarang itu pula yang sering membuat Tasya dan Boy bertengkar karena Boy terbakar api cemburu.

Di fb aku pun mulai semakin akrab dengan Boy, saat itu aku yakin dia belum tahu kalau pacarnya Tasya pernah meneleponku. Aku pun tak mengatakannya pada Boy, bukan apa-apa tapi aku hanya tak ingin mereka ribut karenaku, lagian aku memang tak berniat jahat. Dalam keakrabanku dengan Boy, akhirnya aku pun sedikit tahu tentang dia. Dia orang Jakarta, tapi kini sedang menyelesaikan pendidikan S2 di Singapura. Boy pernah bilang dulu sewaktu selesai pendidikan S1 di Jakarta, dia pernah membantu usaha keluarganya. Dari cerita singkatnya mungkin saja dia anak dari seorang pengusaha besar di Jakarta.

Aaah aku tak perduli akan semua itu, yang penting mereka baik dan mau berteman denganku, itu saja. Dengan latar belakang keluarga sederhana aku mungkin akan merasa minder berteman dengan anak orang berada seperti Boy dan Tasya, tapi ini di alam maya bukan nyata. Ibuku seorang guru SD biasa yang kini hampir pensiun, sedang ayahku sudah Almarhum dan dulunya bermata pencaharian sebagai petani tradisional. Jadi memang di alam nyata semua temanku hanyalah dari keluarga orang biasa, jika pun temanku itu orang berada, bagiku teman tetaplah teman.

Suatu malam aku terhenyak ketika membaca status fb Tasya, sepertinya masalah berat sedang menimpanya. ‘’Aaah apa gerangan yang menimpamu kini temanku?’’ tanyaku dalam hati. Malam itu hasrat hatiku ingin tahu apa yang menimpanya. Tapi dengan pulsa yang hanya 2500 yang tersisa di hp jadulku, tak mungkin aku menelepon Tasya yang berada diluar negri. “Berkomentar di statusnya pun sepertinya tak kan berguna” begitu pikirku. Ya, sudah terlalu banyak yang bertanya di statusnya tapi satupun tak ada jawaban. “mungkin ketika dia sudah agak tenang dia akan meneleponku” harapku. Tak lama setelah itu status Boy melewati berandaku, aku hanya melihat tanpa berkomentar. Status Boy malam itu sedikit bernada keras yang mengkin saja membuat luka dihati Tasya. “Aaah mereka sudah sama-sama dewasa, mereka akan bisa melewatinya” kataku dalam hati. Sebenarnya aku ingin bertanya pada Boy tentang statusnya, tapi kutahu ada batas privasi yang tak bisa untuk kulewati.

Sesuai dengan harapku, sehari setelahnya Tasya memang meneleponku. Suara salam dari Tasya hari itu terdengar begitu datar, tak seperti biasanya. Aku membalas salamnya dan bertanya “apa kabar Tasya, sehat kan?”dia hanya terdiam, lalu aku kembali bertanya “Tasya lagi ada masalah ya sama Boy? Cerita aja ga apa” dengan suara yang sedikit parau Tasya menjawab “Iya, Boy marah sama Tasya” lalu Tasya melanjutkan ceritanya dengan suara yang kadang terdengar seperti terisak dalam tangis. Tasya bilang Boy marah karena 2 hari yang lalu ada seorang kakak kelas Tasya sewaktu SMA dulu menegur Tasya di fb. Ya, Angga namanya. Angga memang dari dulu sudah menaruh hati terhadap Tasya, dan Boy yang memang tahu hal itu, dalam seketika langsung naik pitam terbakar api cemburu. Aku berkata pada Tasya “Sya, masalah ini hanya karena cemburu aja, yang aku tahu Boy beneran cinta kok sama Tasya. Jadi Boy ga akan ninggalin Tasya. Cup...cup...cup” seketika selepas canda diujung kataku, terdengar pula suara tawa kecil di speaker hp jadulku, ya itu suara Tasya yang tertawa. “makasi ya udah buat tasya tertawa” ujarnya, “mana kasihmu biar kuterima” candaku, dan Tasya pun kembali tertawa. Tak lama kemudian kumandang azan magrib mulai terdengar di surau yang tak jauh dari rumahku, aku pun berkata pada Tasya “Sya, udah dulu ya, ni udah magrib” dan Tasya pun meminta maaf karena tidak tahu ditempatku sudah azan magrib, aku maklum saja karena perbedaan waktu dengan tempat dimana Tasya tinggal. Tasya pun lalu memberikan salam dan menutup telepon, lalu aku juga bergegas tunaikan kewajibanku.

Dua hari berselang, kulihat Boy dan Tasya sudah tampak kembali akur, dan aku pun seakan turut merasakan kebahagiaan mereka. Kadang jika ada cowok yang merayu Tasya di fb, aku tak suka, aneh memang tapi itulah yang kurasakan. Namun keharmonisan Boy dan Tasya yang tampak di hari itu juga tak bertahan lama, belum sampai seminggu, mereka kembali bertengkar. “Aaah itu biasa karena mereka LDR, satu Singapura dan satu di Hongkong” pikirku.

Pada suatu malam, seperti biasa aku coba memasuki alam maya, namun kali ini bukan fb melainkan twitter, sebenarnya aku lebih suka fb dikarenakan aku suka menulis. Di twitter yang hanya dengan 140 karakter, aku tak bisa merangkai kata seperti halnya di fb. Tanpa sengaja aku melihat Boy yang lagi mention dengan temannya membahas WhatsApp, aku tahu apa kegunaan WhatsApp tapi aku belum pernah menggunakannya. Aku iseng ikut nimbrung di mention Boy dengan temannya dan dengan diiringi canda, aku pun bertanya makhluk apa itu WhatsApp? Boy pun tidak keberatan menjelaskannya. Setelah ituaku langsung saja mendownload aplikasi tersebut, memang kebetulan hp jadulku adalah versi terendah dari nokia yang mendukung WhatsApp. Aku tahu apa kegunaan aplikasi itu, tapi sayang aku tak tahu jika aplikasi itu online terus-terusan. Kebetulan hari itu memang paket dataku telah habis, dan tanpa dikomandoi semua pulsa keluar dari hp-ku. Esoknya aku kembali mengisi pulsa untuk membeli paket data, kebetulan 2 hari sebelumnya kiriman dari kampung baru aku terima.

Lewat aplikasi inilah Boy mulai terbuka denganku, dan sepertinya juga Tasya telah mengatakan padanya jika dia sering meneleponku, jadi aku tak perlu lagi menceritakan semua pada Boy. Tapi keterbukaannya itu malah membuatku terkejut bukan kepalang. Dia bilang sekarang dia sudah beristri. Boy melanjutkan, semua itu karena khilaf. Ada seorang sahabatnya yang bernama Nazila, kebetulan juga satu kuliah dengannya. Hari itu dia dan Nazila mengerjakan tugas dikamar maka terjadilah hal yang tidak diinginkan. Aku tak berani banyak bertanya ketika itu, tapi jujur saja sampai saat ini pun aku belum seratus persen percaya. Boy bilang mereka hanya nikah siri, dan baru tanggal 19 Juli nanti akan diresmikan. Dan sebagai buktinya aku pun meminta Boy untuk mengirimkan foto peresmiannya dengn Nazila. Aku akan menunggu.

Aku bisa membayangkan bagaimana kehancuran hati Tasya ketika tahu hal ini. Tasya memang sudah tahu, tapi dia juga tak sepenuhnya percaya, samaseperti halnya aku. Soalnya Boy tak terlihat sudah beristri, bisa online maen game sampai pagi hampir disetiap malam itu suatu hal yang aneh kalau dia sudah beristri. Apalagi Boy bilang padaku jika dia masih sangat mencintai Tasya. Boy pun terlihat memang tak bisa jauh dari Tasya dan selalu mengikuti aktivitas Tasya di twitter setiap harinya.” Boy kuliah di jurusan Psikologi, mungkin dia ingin melihat bagaimana kesetiaan Tasya terhadap dirinya” itu yang sempat terlintas dikepalaku.

Setiap kali aku berkomunikasi dengan Tasya, aku selalu menyemangatinya. Andaikan semua benar, tasya harus sabar dan ikhlas, mungkin memang ini jalan dari-Nya. Dari awal aku mendukung hubungan mereka, aku tak berharap apa-apa, aku hanya ingin orang yang dekat denganku bahagia, itu saja.

...................................................

Dulu, Boy dan Tasya hanya sekedar teman di alam maya bagiku, tapi kini mereka telah kuanggap sahabatku, mereka adalah saudaraku. Jikapun kalian tak bisa bersatu, kuharap kalian berdua bisa berbahagia walau dijalan berbeda saudaraku. Mudah-mudahan suatu saat nanti Allah mengizinkan aku untuk berjumpa langsung dengan kalian saudaraku.

Banda Aceh, 26 Juni 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun