Dulu tahun 1999, kekuatan partai islam (PPP, PKB, PAN, PBB, PKS, PNU, PSII, PKU) bersatu dalam satu tujuan ABM dan berhasil menaik Amin Rais jadi ketua MPR dan presidennya asal bukan Mega. Walaupun PDIP pemenang pemilu, tapi karena Mega bukan lelaki, maka muncul gagasan ABM, dan laku terjual gagasan tersebut dalam voting di MPR.
Tahun 2017, utk pilkada DKI, muncul lagi gagasan ABA dan kebetulan laku juga terjual oleh partai2 yang sama yg mendukung ABM dulu, seperti PPP, PKB, PAN, PBB, PKS. Dan karena Ahok kabur dari Gerindra (tdk loyal), maka Gerindra pun cocok dgn gagasan ABA tsb. Demokrat pun cocok dengan ABA, karena dulunya DKI1 (Foke) adalah orang demokrat, tapi sayangnya kalah oleh Jokowi, dan sekarang tentunya kesempatan merebut kembali mumpung ada tambahan amunisi dari gerakan ABA, jadi harap2 petahana Ahok tumbang, dan orang demokrat masuk DKI1 lagi.
PDIP tadinya merasa memegang posisi DKI1 saat di jabat oleh Jokowi. Tapi sekarang dipegang oleh Ahok yang bukan orang PDIP, dan tentunya lagi pusing puter otak untuk gimana caranya merebut kembali agar DKI1 dipegang orang PDIP. Skenario pertama mereka akan dukung Ahok-Jarot, kalau menang maka minimal DKI2 sudah ditangan. Kemudian nanti tahun 2019, kalau Jokowi menang lagi jadi presiden, maka besar kemungkinan Ahok akan di ambil Jokowi untuk masuk kabinet, dan tentunya secara otomatis Jarot naik jadi DKI1 tahun 2019. Skenario kedua mungkin bergabung dengan gerakan ABA, tapi Cagubnya harus dari PDIP, dan sudah banyak permintaan dari partai2 pendukung ABA untuk minta PDIP bawa Risma utk DKI1. Pusing khan…?? Pusing dibuat sendiri..??
ABM dan ABA adalah menyangkut dua individu (Mega dan Ahok), dan kebetulan akhir2 ini memang dua nama ini yang sedang hangat2nya di bicarakan di media. Mega-Ahok bukan dari partai yang sama, bukan ber-gender sama, tapi kebetulan kok partai2 yg sama yg anti mereka.
Proyek ABM partai islam tahun 1999 dulu berhasil, karena kondisi kompetisinya adalah head-to-head antara Mega vs ABM. Nah, belajar dari pengalaman th99, proyek ABA juga punya peluang untuk berhasil bila kompetisinya head-to-head Ahok vs ABA. Tapi sampai saat ini belum nampak tanda2 head-to-head untuk pilkada DKI-2017, yang muncul masih multi candidates.
1.Ahok didukung Hanura/Nasdem/Golkar dan komunitas Teman Ahok,
2.Sandiaga (Cagub/Cawagub?) di dukung Gerindra/PKB/PAN/PKS,
3.Yusril didukung PBB/PPP?/dan relawan?,
4. Cagub Demokrat..?
5. Cagub PDIP…(kambing dibedakin..??)
Kalau tidak terjadi head-to-head Ahok vs ABA, maka peluang Ahok lebih besar utk jadi DKI1, tapi mungkin karena ilmu ketrampilan para politisi ini cuman bisanya… Asal Bukan..Asal Bukan… dan tak bisa mencetak kader unggulan dengan ide2 segar dan orisinal…jadinya senjatanya hanya bisa komen2 atas aktivitas petahana…