Mohon tunggu...
Avriliapuput 20
Avriliapuput 20 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UMNU Kebumen

Hobi saya adalah membaca dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Keluarga Broken Home Terhadap Perkembangan Emosional Anak: Analisis Psikologi Pendidikan

2 Januari 2024   23:59 Diperbarui: 5 Januari 2024   18:29 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belakangan ini, banyak sekali terjadi kasus kejahatan yang melibatkan anak-anak didalamnya. Latar belakang keluarga broken home menjadi salah satu alasan yang paling sering ditemukan. Kondisi keluarga seperti ini seolah telah menjadi suatu hal yang umum terjadi, sehingga tak jarang anak- anak menjadi korban bahkan menjadi pelaku kejahatan tersebut.

Dari banyaknya kasus yang ada, permasalahan utama yang dirasakan seorang anak dengan latar belakang keluarga broken home adalah kurangnya kasih sayang keluarga, trauma dalam jangka panjang dan kehilangan arah hidup sehingga rentan terjerumus dalam lingkungan tidak sehat .

Berikut beberapa contoh kasus dimana anak-anak menjadi pelaku maupun korban kejahatan yang dilatarbelakangi keluarga broken home:

  • Dalam artikel yang diterbitkan oleh RadarBanyuwangi.id(28/8/23) dijelaskan bahawasanya : "Balai Pemasyarakatan (Bapas) mencatat ada empat anak Banyuwangi terlibat tindak pidana pencurian. Mereka terpaksa mencuri karena berasal dari keluarga tidak mampu. Motif lainnya, anak-anak tersebut merupakan korban dari keluarga broken home. Beberapa dari mereka ada yang melakukan aksi kriminal lebih dari satu kali sehingga harus berurusan dengan hukum."
  • Dalam artikel yang diterbitkan oleh TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKARAYA (29/8/22) dijelaskan juga bahwasanya : " Kepala UPT PPA Provinsi Kalimantan Tengah, Jumrah saat menjelaskan faktor penyebab terjadinya kasus kekerasan seksual kalteng. hal itu dijelaskannya saat konferensi pers pengungkapan kasus kekerasan seksual ayah terhadap anak kandungnya di Balai Wartawan Mapolda Kalteng, Senin (29/8/2022). Tragis pelaku kekerasan seksual terhadap anak dibawah umur merupakan ayah tiri korban berinisial SM(28) yang melakukan perbuatan keji saat korban masih duduk di bangku sekolah dasar. Pertama kali korban mendapat perlakuan tersebut saat berusia 9 tahun hingga usia korban 12 tahun. Kasus kekerasan seksual di Kalteng terjadi akibat beberapa faktor diantaranya, terkait masalah Pendidikan, faktor ekonomi dan rumah tangga yang mengalami broken home"

Berbicara mengenai kasus tersebut, sebenarnya apa sih yang dimakud dengan broken home ?

Istilah broken home itu sendiri merupakan penggambaran sebuah keluarga yang sudah tidak utuh atau keluarga yang tidak harmonis meski masih utuh. Kondisi keluarga seperti ini, tentunya tidak hanya menyakiti perasaan istri atau suami, namun juga hancurnya perasaan seorang anak, yang nantinya akan menyisakan ketakutan bahkan kebencian pada orangtuanya.

Terdapat banyak sekali faktor penyebab sebuah keluarga menjadi broken home, beberapa diantaranya yaitu :

  • Faktor ekonomi
  • Kehilangan kehangatan dalam keluarga
  • Ketidakdewasaan orangtua
  • Tidak adanya tanggungjawab dalam diri orangtua
  • Jauh dari Tuhan
  • Kurangnya edukasi dalam menjalani rumah tangga
  • Perceraian orangtua

Lingkungan terdekat seorang anak adalah keluarga, karenanya keadaan dalam keluarga yang bermacam-macam coraknya itu akan membawa pengaruh yang berbeda-beda pula terhadap pendidikan anak.

Salah satu faktor keberhasilan pendidikan adalah lingkungan belajar yang mendukung. Selain sekolah, lingkungan belajar di dalam keluarga juga memainkan peran krusial dalam perkembangan anak. Lalu bagaimana keadaan seorang anak dengan kondisi keluarga yang broken home? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dalam tulisan ini penulis akan menggali pengaruh lingkungan keluarga broken home bagi perkembangan emosional peserta didik, dengan menggunakan pendekatan psikologi pendidikan.

Menurut Hoghughi (2004), pendidikan emosional mencakup pendampingan ketika anak mengalami kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan seperti merasa terasing dari teman-temannya, takut, atau mengalami trauma. Pendidikan emosi ini mencakup pendidikan agar anak merasa dihargai sebagai seorang individu, mengetahui rasa dicintai, serta memperoleh kesempatan untuk menentukan pilihan dan untuk mengetahui resikonya. Pendidikan emosi ini bertujuan agar anak mempunyai kemampuan yang stabil dan konsisten dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Dalam hal ini perkembangan emosional terbagi menjadi lima wilayah yaitu :

  • Mengenali emosi diri, terjadi ketika seseorang mengenali perasaannya sewaktu perasaan itu terjadi.
  • Mengelola suasana hati, yakni menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dan terkendali sehinnga terwujud keseimbangan emosi bukan menekan emosi.
  • Memotivasi diri sendiri, yakni menata emosi dalam bentuk kendali emosi, menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati agar tetap konsisten dengan suatu tujuan.
  • Mengenali emosi orang lain atau berempati, yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain melalui bahasa nonverbal.
  • Membina hubungan, yakni kemampuan mengelola suasana hati dan empati ketika berhubungan dengan orang lain, sehingga dapat membangun kedekatan atau komunikasi di lingkungan sosial.

Anak usia sekolah memiliki ciri emosional yang berkembang dengan rentang emosi yang semakin kompleks meliputi perasaan marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu,ambisius dan rasa gembira. Selain itu, mereka juga mulai mampu mengontrol emosi yang diperoleh dari peniruan dan pembiasaan, serta mulai menyesuaikan diri dari sikap egosentrisme menjadi sikap yang lebih kooperatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun