Mohon tunggu...
Aviza Fauziah
Aviza Fauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Semoga bermanfaat 𐙚

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kesehatan Mental yang dipengaruhi keluarga dapat mengakibatkan bullying

13 Juli 2024   23:09 Diperbarui: 13 Juli 2024   23:38 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Keluarga dapat diartikan sebagai unit terkecil dari sebuah masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat yang sama. Keluarga juga bisa dikatakan sebagai tempat ternyaman bagi anak. Dimana, berawal dari keluargalah segala sesuatu itu bisa dapat berkembang. Struktur keluarga ini berfungsi untuk memfasilitasi pencapaian keluarga yang lengkap dan fungsional serta mampu membentuk keseimbangan, nantinya akan dapat meningkatkan kesehatan mental tiap anggota keluarganya. Keluarga terdiri dari 4 komponen yaitu struktur pola komunikasi, struktur peran, struktur nilai ataupun norma keluarga, dan struktur kekuatan dalam keluarga. Keluarga juga salah satu wadah pembentukan karakter dari masing-masing. Faktor keluarga dapat berupa pola asuh, seperti pola komunikasi orang tua dan anak, serta seberapa dekat anak dengan orang tuanya (Djayadin & Munastiwi, 2020).

Adapun hal-hal yang dapat terjadi jika seorang anak tersebut tidak mendapatkan hak semestinya didalam keluarga. Salah satu masalah yang bisa muncul yaitu kesehatan mental.  Kesehatan mental adalah suatu usaha dan kemampuan individu dalam menyesuaikan dirinya terhadap sosial. Kesehatan mental juga sering disebut-sebut sebagai suatu keadaan kejiwaan atau keadaan psikologis seseorang yang tidak mampu lagi untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial dan menangani masalahnya sendiri. Kesehatan mental ini mengacu pada bagaimana cara seseorang berpikir, berperasaan, dan bertindak dalam menghadapi tantangan kehidupannya. Kesehatan mental termasuk cara berpikir yang jernih, pengendalian emosi yang baik, serta bagaimana seseorang berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang-orang seusianya. Kesehatan mental dapat dilihat dari faktor internal, keluarga, dan juga lingkungan. Seseorang dapat dikatakan sehat secara mental apabila memiliki kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan yang sesuai dengan kemampuannya, baik tuntutan dalam dirinya sendiri maupun luar dirinya, seperti lingkungan rumah, lingkungan sekolah atau kampus, lingkungan kerja, lingkungan masyarakat serta teman sebaya. Dengan demikian, remaja yang memiliki mental yang sehat yaitu remaja yang mampu beradaptasi dengan lingkungan kampus, baik dengan teman sebaya maupun dosen beserta tugas-tugas kuliahnya.

Maka dari itu, kita sebagai tenaga kesehatan yang mengerti harus memberikan pengetahuan tentang kesehatan mental, karena hal tersebut sangatlah penting bagi seseorang agar mereka mampu mengenali gejala apa yang terjadi pada dirinya dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan pertolongan pertama kalinya jika mengalami hal tersebut. Karena faktanya, separuh dari kondisi kesehatan jiwa ini dimulai pada umur 14 tahun, namun sebagian besar kasusnya tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan pengobatan. Adapun beberapa upaya pencegahan penyakit yang berisiko pada kondisi kesehatan jiwa memerlukan pendekatan yang berjenjang dan bervariasi, misalnya melalui pendekatan pada lingkungan keluarga, sekolah, komunitas, dan juga dari digital media (Widayatun & Fatoni, 2013).


Dari penjelasan kesehatan mental diatas, salah satu dampak yang terjadi pada anak bisa saja mendapatkan bullying di lingkungan sekolahnya. Bullying merupakan perbuatan atau perkataan seseorang yang dapat menimbulkan rasa takut, sakit atau tertekan baik secara fisik maupun mental yang dilakukan secara terencana oleh pihak yang merasa lebih berkuasa terhadap pihak yang dianggap lebih lemah darinya. Dampak perilaku bullying ini baik sebagai korban, maupun pelaku ataupun keduanya mendapatkan dampak kesehatan mental yang buruk seperti kecemasan, depresi, kesulitan, hambatan psikososial bahkan bisa sampai melukai dirinya sendiri (Eyuboglu, M et al, 2021). Bullying adalah bentuk tindak kekerasan yang diperbuat dengan sadar dan terus menerus kepada orang lain yang bermaksud untuk menyakiti seseorang baik secara fisik, psikologis, yang bersifat nyata ataupun tidak, yang di belakang seseorang yang dilakukan oleh seorang anak. Perilaku bullying akan merasa mendapatkan kekuatan pada tingkah laku mereka untuk melakukan kekerasan kepada temannya. Bullying juga dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor keluarga, teman sebaya, dan faktor sekolah. Bullying dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental, baik dari korban maupun dari pelaku. Pada korban, bullying dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti depresi, kecemasan, gangguan makan, gangguan tidur, pikiran untuk bunuh diri, masalah perilaku, penyalahgunaan zat, agresivitas dan juga kekerasan.

Ada beberapa faktor yang mampu mempengaruhi seseorang terhadap bullying, yaitu :
1. Faktor Pribadi, seperti emosi, kepribadian, dan keterampilan sosial.
2. Faktor Keluarga, seperti pola asuh, kekerasan dalam rumah tangga, dan pengabaian.
3. Faktor Lingkungan, Seperti lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal dan media.

Lalu, apa upaya yang bisa dilakukan? Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi dan mengurangi dampak negatif bullying terhadap kesehatan mental adalah dengan konseling. Konseling ini menyediakan tempat yang aman bagi seseorang untuk berbagi pengalaman, namun juga mendorong proses penyembuhan melalui dukungan sosial dan juga pelayanan sosial. Karena banyak penelitian mengatakan jika konseling bisa efektif dalam mengurangi tingkat stres, meningkatkan harga diri, dan meningkatkan kesejahteraan mental ataupun psikologis. Dari adanya intervensi ini dapat membantu seseorang untuk tidak merasa sendirian dan mendapatkan dukungan dari orang lain, mengembangkan keterampilan untuk mengatasi tindak bullying, dan membangun hubungan yang positif.

Referensi
Isni, K., & Laila, F. N. (2022). Pemberdayaan Remaja Guna Meningkatkan Minat Literasi Kesehatan Mental di Era Digital: Adolescent Empowering to Increase Mental Health Literacy Interest in the Digital Era. PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, 7(6), 759-766.

Nugraha, M. D., Suhada, R., & Maemunah, M. (2023). Hubungan antara struktur keluarga dengan kesehatan mental remaja. Journal of Public Health Innovation, 3(02), 181-188.

Salsabillah, C. S., Fitra, M. A., Zaidan, M. F., & Kusmawati, A. (2024). Intervensi Konseling Kelompok Untuk Mengurangi Dampak Bullying Terhadap Kesehatan Mental Remaja. Jurnal Bima: Pusat Publikasi Ilmu Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 2(1), 279-287.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun