Mohon tunggu...
Aviza Azalia
Aviza Azalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Happy go lucky

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kedokteran Gigi Digital: Transformasi Pelayanan Kesehatan Gigi di Era Modern

4 Januari 2025   11:37 Diperbarui: 4 Januari 2025   11:37 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kedokteran gigi digital telah memberikan dampak yang signifikan pada praktik kedokteran gigi dalam sehari-hari sejak konsep pertamanya pada tahun 1970-an. Sebagian besar teknologi digital awalnya dirancang sebagai solusi mandiri, namun seiring waktu akan diintegrasikan ke dalam jaringan digital yang lebih luas. 

Munculnya pemindai intraoral, radiografi digital, computer-aided design (CAD)/computer-aided manufacturing (CAM), printer 3D, dan perangkat lunak berbasis Artificial Intelligence (AI) telah merevolusi bidang kedokteran gigi seperti yang kita kenal saat ini. 

Meskipun digitalisasi memerlukan peningkatan biaya investasi, manfaat yang diperoleh di berbagai aspek harus mampu mengimbanginya. Manfaat tersebut meliputi peningkatan kecepatan dan kualitas komunikasi, efisiensi waktu dalam prosedur teknis maupun klinis, peningkatan kualitas dan prediktabilitas hasil, serta kenyamanan yang lebih baik bagi pasien [5]. Pemanfaatan teknologi pencitraan digital dan perencanaan perawatan telah meningkatkan pengetahuan dan komunikasi pasien secara signifikan, sehingga menghasilkan hasil kesehatan mulut yang lebih baik. Teknik inovatif seperti CAD/CAM dan kedokteran gigi laser, yang merupakan inti dari kedokteran gigi digital, menawarkan perawatan yang tepat, efektif, dan nyaman, yang pada akhirnya meningkatkan kepuasan pasien dan hasil keseluruhan. Lebih jauh lagi, penerapan kedokteran gigi digital berpotensi mengurangi limbah, konsumsi energi, dan penggunaan bahan kimia, sehingga berkontribusi pada pelestarian lingkungan [6]. 

Selain teknologi yang dikembangkan berupa alat untuk melakukan diagnosis pasien secara langsung, terdapat juga teknologi yang dikembangkan untuk melakukan perawatan kepada pasien secara tidak langsung, yaitu teledentistry. Di dalam bidang kedokteran gigi pelayanan teledentistry, didefinisikan sebagai kombinasi dari telekomunikasi dan tindakan kedokteran gigi yang melibatkan pertukaran informasi klinis dalam bentuk rekam medik elektronik dan gambar digital secara jarak jauh untuk konsultasi gigi mulut serta perencanaan perawatan. Teledentistry dapat dilakukan oleh semua dokter gigi yang memiliki sarana telekomunikasi dan pasien dari seluruh pelosok di Indonesia [7].

Dibalik banyaknya manfaat dalam implementasi kedokteran gigi digital, terdapat juga tantangan yang signifikan terjadi. Beberapa tantangan utama yang dihadapi oleh dokter gigi dalam mengadopsi teknologi digital adalah sulitnya beradaptasi dengan teknologi. Dokter gigi harus beradaptasi dengan teknologi canggih yang berkembang pesat, seperti pencitraan 3D, teledentistry, dan penggunaan AI dalam diagnosis. Kurangnya pengetahuan tentang teknologi ini dapat membuat dokter gigi tertinggal dan tidak mampu bersaing dengan rekan-rekan yang lebih maju. Selain itu, diperlukannya pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan karena penerapan teknologi baru memerlukan pelatihan yang tepat untuk dokter gigi dan tim medis. Proses pelatihan ini bisa memakan waktu dan sumber daya yang signifikan, serta terkadang sulit untuk diintegrasikan ke dalam jadwal praktik sehari-hari. Oleh karena itu, pendidikan berkelanjutan menjadi sangat penting agar para profesional kesehatan gigi tetap kompeten dalam menggunakan teknologi terbaru. 

Tantangan selanjutnya yaitu infrastruktur dan biaya implementasi yang kurang mencukupi. Investasi awal untuk perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk digitalisasi catatan medis atau sistem teledentistry bisa sangat tinggi. Selain itu, infrastruktur teknologi informasi yang memadai juga harus tersedia untuk mendukung implementasi ini. Tanpa dukungan infrastruktur yang kuat, proses digitalisasi dapat terhambat. 

Tantangan yang terakhir yaitu adanya isu hukum dan regulasi yang belum cukup jelas di Indonesia. Dalam konteks teledentistry, kurangnya regulasi yang jelas di Indonesia menjadi tantangan tersendiri. Meskipun ada upaya untuk mengatur praktik teledentistry, banyak dokter gigi masih merasa bingung tentang kepastian hukum terkait penggunaan teknologi ini dalam pelayanan kesehatan. Hal ini menciptakan ketidakpastian dalam penerapan praktik berbasis online [8].

Kedokteran gigi digital telah merevolusi pelayanan kesehatan gigi melalui inovasi seperti scanner intraoral, CAD/CAM, pencitraan 3D, dan teledentistry, yang meningkatkan efisiensi, kualitas hasil, serta kenyamanan pasien. Meskipun memerlukan investasi besar dan menghadapi tantangan seperti adaptasi teknologi, pelatihan berkelanjutan, serta regulasi yang belum matang, manfaat yang ditawarkan---termasuk peningkatan komunikasi, efisiensi waktu, dan keberlanjutan lingkungan---menjadikan kedokteran gigi digital sebagai langkah penting menuju pelayanan kesehatan gigi modern dan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Ummasyroh, U., Firdaus, Y., & Andriyani, T. (2020). Penerapan Marketing 4.0 Dan Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan Kegiatan Promosi Pemasaran Politeknik Negeri Sriwijaya. Jurnal Riset Terapan Akuntansi, 4(1), 96-104.
[2] Puryono, D. A., & Handayani, D. (2021). Sistem Informasi Pelacakan dan Pemantauan Covid-19 Berbasis Internet Of Things (IoT). Jurnal Inovtek Polbeng Seri Informatika, 6(2), 306-315.
[3] Nadiyah, S. N. A., & Prayoga, D. (2024). Transformasi Digital Sebagai Bagian dari Strategi Pemasaran Rumah Sakit: Literature Review. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 7(2), 265-272.
[4] Hasyim, M. (2024). Tantangan dan Peluang Pendidikan Kesehatan di Era Digital: Membangun Kesadaran Kesehatan Online. Oshada, 1 (2), 16--24.
[5] Fauziah, Y. A., Alhadad, H., & Prawira Utama, Y. (2024). Etika dan Tantangan Penggunaan Kecerdasan Buatan dalam Kedokteran Gigi. Jurnal Hukum Dan Etika Kesehatan, 1--14.
[6] Pertiwisari, A., Mawaddah, B., Amir, A. M. I., & Ardiningrum, S. (2023). Inovasi Aplikasi Teledentistry untuk Pelayanan Kedokteran Gigi di Era Pandemi COVID-19: Tinjauan Literatur. DENThalib Journal, 1(2), 51--60.
[7] Schierz, O., Hirsch, C., Krey, K.-F., Ganss, C., Kmmerer, P. W., & Schlenz, M. A. (2024). Digital dentistry and its impact on oral health-related quality of life. The Journal of Evidence-Based Dental Practice, 24(1S), 101946.
[8] Wright, J. T. (2024). Critical challenges facing dentistry. Journal of the American Dental Association (1939), 155(1), 1--2.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun