era digital yang serba cepat ini, kita tidak bisa lepas dari genggaman smartphone dan berbagai platform media sosial. Kehadiran berbagai media sosial seperti Instagram, Tiktok, X, Facebook dan platform media lain telah mengubah cara kita berinteraksi, berbagi informasi, bahkan memandang diri sendiri. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, media sosial juga memiliki dampak negatif maupun positif.
DiDua istilah dari bahasa gaul yang sering kita dengar dalam konteks ini adalah FOMO (Fear of Missing Out) dan JOMO (Joy of Missing Out). FOMO adalah perasaan cemas atau takut ketinggalan sesuatu yang sedang populer yang dilakukan oleh orang lain. Sementara itu, JOMO adalah kebalikannya, yaitu perasaan senang atau puas karena memutuskan untuk tidak ikut-ikutan dalam tren yang sedang populer. FOMO dan JOMO sebenarnya adalah dua sisi mata uang yang sama, namun tantangan terbesar kita adalah bagaimana menemukan keseimbangan di antara keduanya. Â
Media sosial seperti Instagram, Tiktok, X, Facebook dan sebagainya sebenarnya memiliki algoritma yang cerdik, mereka dirancang khusus untuk membuat kita terus kembali dan terlibat di dalamnya. Algoritma tersebut akan terus menampilkan konten yang paling relevan dan menarik bagi kita berdasarkan riwayat pencarian, interaksi, dan preferensi kita. Akibatnya, kita akan terus disuguhkan dengan konten yang akan membuat kita FOMO seperti belanja impulsif, gaya hidup glamor, liburan mewah, atau iri dengan pencapaian orang lain. Selain itu, media sosial juga seringkali menjadi ajang pamer pencapaian, kesuksesan, dan kebahagiaan. Ketika kita melihat postingan teman, keluarga, atau influencer yang terlihat sempurna, kita cenderung membandingkan diri kita dengan mereka. Perbandingan sosial yang tidak sehat ini dapat memicu perasaan rendah diri, iri hati, dan membuat kita selalu menjadikan konten tersebut tolak ukur kebahagiaan.
Dampak FOMO pada Kesehatan Mental
FOMO memiliki beberapa dampak negatif yang cukup buruk terhadap kesehatan mental kita, diantaranya:
1. Stres dan Kecemasan: Ketika kita terus-menerus merasa harus mengikuti tren terbaru dan tidak ingin ketinggalan akibatnya muncul kecemasan dan stress yang akan berdampak pada kesehatan mental.
2. Depresi: FOMO seringkali mendorong kita untuk membandingkan hidup kita dengan orang lain, terutama melalui media sosial. Melihat postingan orang lain yang tampak sempurna dan bahagia dapat memicu perasaan sedih dan iri yang akan memicu depresi.
3. Gangguan Tidur: Kecenderungan untuk terus memeriksa notifikasi media sosial sebelum tidur dapat mengganggu pola tidur dan menyebabkan insomnia.Â
4. Kurangnya Kepuasan: Meskipun sudah melakukan banyak hal, perasaan tidak puas tetap muncul karena selalu ada hal baru yang ingin dicapai dan diketahui. Demi menghindari rasa ketinggalan, banyak orang yang memaksakan diri untuk terus hadir dalam berbagai aktivitas, baik fisik maupun digital. Ini bisa menguras energi dan waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih bermakna.
Bagaimana Mengatasi FOMO?
Sebelum merujuk pada bagaimana cara mengatasi FOMO, ada istilah bahasa gaul lain yang berkebalikan dengan FOMO, yaitu JOMO (Joy Of Missing Out). Media sosial sering kali memberikan gambaran kehidupan yang ideal dan penuh kebahagiaan, padahal, apa yang tampak di layar belum tentu mencerminkan realitanya. JOMO mengajarkan kita untuk melepas kecanduan akan validasi eksternal, dan fokus pada apa yang sebenarnya kita butuhkan, bukan apa yang dunia katakan. Jadi, JOMO merupakan salah satu cara efektif untuk mengatasi FOMO karena inti dari JOMO sendiri adalah kebahagiaan dalam kesederhanaan.
Di tengah budaya yang sering menuntut kita untuk produktif dan hadir di berbagai acara sosial, JOMO dapat membantu kita untuk menjaga keseimbangan hidup. Dengan memilih untuk tidak selalu terlibat dalam setiap kesempatan, kita juga bisa lebih fokus pada diri sendiri dan kesehatan mental. Namun, dengan menerapkan JOMO bukan berarti kita harus menolak segala bentuk sosialisasi atau aktivitas, tetapi kita lebih bisa memilih dengan bijak apa yang seharusnya kita ikuti dan ketahui.
Selain menerapkan JOMO, cara mengatasi FOMO adalah dengan mengatur penggunaan media sosial, dan menyadari bahwa tidak semua hal harus diikuti. Kehidupan bukan kompetisi tentang siapa yang lebih banyak berpartisipasi dalam kegiatan. Dengan menerapkan JOMO, kita mempunyai kesempatan untuk berhenti sejenak, menenangkan pikiran, dan memanfaatkan waktu untuk hal lain yang lebih bermanfaat, seperti beristirahat, membaca buku, atau bertemu dan mengobrol dengan teman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H