[caption id="attachment_206164" align="aligncenter" width="616" caption="coba tebak siapa kah di belakang kami "][/caption]
Saya masih ingat pertama kali nyasar ke Kompasiana nyaris tiga tahun yang lalu. Yah, saat itu saya terhanyut dalam artikel Om Chappy tentang dunia penerbangan.Satu angkatan dengan beliau, ada Om Thamrin.Membaca tulisan mereka yang “matang” membuat saya minder.Hingga akhirnya saya hilang dari peredaran dan tidak pernah menulis di kompasiana.
“Kompasiana hanya untuk orang terkenal” begitu pikir saya saat itu.Nyatanya, sekarang berubah.Kompasiana benar-benar merangkul penduduk biasa seperti saya hingga benar-benar berani menulis.
Dan…ajaibnya, satu dari dua tokoh di atas telah berhasil saya temui.Tidak tanggung-tanggung malah, saya mengabiskan waktu tiga jam sembari menikmati hidangan lezat ala Mexico di Taco Express. Saya berharap setelah ini dapat berjumpa Om Chappy yang bukunya pernah menjadi HIT di jagat Indonesia, Cat Rambut Orang Yahudi.
Berjumpa dengan Om Thamrin secara langsung mengingatkan saya akan tulisan-tulisan hebatnya di kompasiana.Dan ketika tulisan tersebut dirangkum dalam bentuk buku yang diterbitkan oleh Leutikaprio, saya merasa lebih mengenal Om Thamrin. Yap, awalnya saya memang mengira Om Thamrin murni jurusan militer alias polisi.Nyatanya, Om Thamrin berlatar belakang pendidikan perawat yang melajutkan pendidikan militer. Bahkan belakangan saya baru sadar mungkin sebelumnya pernah bertemu Om Thamrin secara tidak sengaja di salah satu acara pertemuan mahasiswa terkait Narkoba bersama Badan Narkotika Nasional (BNN) di Lido dulu.
[caption id="attachment_206167" align="aligncenter" width="320" caption="Mejeng dulu bareng BUkan Orang Terkenal "]
[caption id="attachment_206168" align="aligncenter" width="320" caption="Bonus tanda tangan Orang Terkenal Asli "]
Membaca Bukan Orang Terkenal sepanjang perjalanan mudik menuju Purwokerto, kampung halaman saya, menjadi terasa lebih spesial.Buku setebal 281 halaman tersebut diawali dengan adegan tegar seorang Thamrin Dahlan kecil yang meringis mengharapkan sepatu. Yap…siapa kira seorang purnawirawan besar ini mengalami masalah pelik hingga tidak mampu membeli sepasang sepatu saat di SMP.
Saya sampai berdesir ketika sepatu itu menjadi sepatu pertama Om Thamrin bahkan satu-satunya sepatu di SMP.Tidak pernah berganti sepatu karena untuk membeli sepatu harus mengorbankan tabungan emak yang terus membanting tulang.Bahkan karena pesan emak, maka Om Thamrin rajin merawat sepatunya.Tidak perlu dibayangkan bagaimana Om Thamrin kecil ini menahan hobinya main basket dan bola hanya karena tidak ingin sepatunya rusak sebelum kelas tiga SMP. Bahkan sepatunya benar-benar digunakan hanya ketika sekolah saja, lepas dari itu, kembali ke cekerman.
[caption id="attachment_206169" align="aligncenter" width="320" caption="Trenyuh karena sepatu SMP BUkan Orang Terkenal"]
Terhanyut dalam adegan sepatu, selanjutnya saya memasuki adegan perjuangan termasuk kisah Om Thamrin ketika jatuh cinta ala monyet. Ups…cinta monyet maksud saya.Ternyata lucu juga karena cinta dapat mengubah nilai rapor Om Thamrin menjadi yang terbaik.
Kisah tak kala serunya ketika menjadi perawat junior dengan gaji tujuh koma, hanya cukup sampai tanggal tujuh dan selanjutnya koma. Namun, melihat lebih dalam, Bukan Orang Terkenal menjadi salah satu buku yang terasa sekali aroma Kompasiananya.Bagaimana tidak, saya jadi teringat kembali solidaritas sesame kompasiana ketika mengumpulkan sumbangan untuk Kong Ragile. Saya saat itu masih berada di Sumba dan hanya dari sinyal yang setengah mati nyalanya, saya tahu informasi tentang Kong Ragile.
[caption id="attachment_206171" align="aligncenter" width="320" caption="Kalimat ampuh Kong Ragile di Bukan Orang Terkenal"]
Tidak hanya sebatas itu, persahabatan kental dengan Babeh Helmi, Babeh Dian Kelana serta Om Taufik terasa sekali di buku ini.Membaca ini benar-benar mengingatkan saya bahwa kota asal saya pernah terangkat namanya saat kasus hoax Titi terungkap.Saya mendadak jadi artis juga diwawancarai banyak media, antara lain kompasiana si A, si B, dan si C hanya untuk menanyakan kebenaran ada tidaknya nama dokter XXX di kota saya.Wah…sepertinya besok lagi kalau mau jadi headline haruslah Purwokerto yang baik-baik ya. Nanti saya gelar kompresi persnya.
Kembali lagi ke Om Thamrin, dari buku bersampul hitam dengan wajah menawan inilah saya jadi tahu bahwa ada dua ulang tahun sebenarnya. Yap…satunya menggunakan kalender masehi dan satunya hijriah.Saya langsung mampir ke www.islamicfinders.org ink ini dan didapatkan 9 Februari 1986 sama dengan 29 Jumaada al-awal 1406.
Bagi pecinta kompasiana dan bukan pecinta sesama jenis, buku hitam ini saya rekomendasikan karena dijamin menyegarkan.Bahkan tidak jarang bisa tersenyum sendiri malah terbahak-bahak. Om Thamrin ternyata kocak.Coba semua purnawirawan hobi nulis di kompasiana, pasti tidak aka nada yang masuk disidak KPK ya Om.
[caption id="attachment_206173" align="aligncenter" width="320" caption="Wah ternyata kompasiana mengandung lima vitamin C loh"]
Eit…bukan hanya itu, bagi para pembaca bahkan mendapatkan bonus konsultasi perjodohan dengan ahlinya langsung. Itu sudah saya buktikan sepanjang perjalanan pulang dalam satu mobil bersama Om Thamrin dan Om Taufik sekeluarga.Keampuhan konsultasinya akan dibuktikan tahun depan.
[caption id="attachment_206175" align="aligncenter" width="320" caption="Pena Sehat, Pena Kawan, Pena Saran *khas OM Thamrin "]
Hidup Bukan Orang Terkenal.
Salam-Salaman *Khas Om Thamrin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H