Mohon tunggu...
Dokter Avis
Dokter Avis Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Anak

Saya dr. Hafiidhaturrahmah namun biasa disapa Avis, dokter umum dari FK Univ Jenderal Soedirman, dokter anak dari Univ Gadjah Mada. Awardee Beasiswa LPDP-PPDS Angkatan 1. Saat ini bekerja di RS Harapan Ibu Purbalingga. Monggo main di blog saya www.dokteravis.net

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

SD Unik di Puncak Bromo

30 Agustus 2013   16:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:36 1667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya masih geleng-geleng kepala bahkan ketika menuliskan ini. Pasalnya, SD alias Sekolah Dasar yang akan saya tuliskan kisahnya ini memang tergolong unik. Terletak di salah satu pelosok dusun yang untuk menuju kesana membutuhkan hampir satu jam perjalanan dengan motor dari Puskesmas Tosari tempat saya mengabdi. Tentunya melewati jalanan yang tidak mulus. [caption id="attachment_284302" align="alignnone" width="640" caption="Dusun Ngawu dari dekat"][/caption] [caption id="attachment_284303" align="aligncenter" width="640" caption="Ini dia SD unik di Puncak Bromo"]

1377807976551856428
1377807976551856428
[/caption] [caption id="attachment_284304" align="aligncenter" width="640" caption="Kreativitas di dalam kelas"]
13778080931138980583
13778080931138980583
[/caption] [caption id="attachment_284305" align="aligncenter" width="640" caption="Hasil mewarnai yang membuat senyum bangga saya terkembang"]
137780826715043635
137780826715043635
[/caption] [caption id="attachment_284306" align="aligncenter" width="640" caption="Ornamen origami seribu burung bangau ^_^"]
1377808440565541857
1377808440565541857
[/caption] [caption id="attachment_284307" align="aligncenter" width="640" caption="Suasana terasa lenggang padahal seluruh anak sudah hadir"]
137780849524273766
137780849524273766
[/caption] SD Negeri Podokoyo 3, itulah nama SD unik yang tidak pernah berhenti membuat hati saya tersentuh.  Dusun mereka lebih dikenal sebagai dusun Ngawu dimana uniknya Ngawu ini terletak dalam tiga wilayah desa sehingga pengembangannya tidak maksimal. Hal itu mempengaruhi juga proses pendirian sekolah ini dimana muridnya berasal dari dusun Ngawu yang terpencil. Kenapa saya katakan terpencil, karena untuk mencapai sekolah terdekat di luar dusun membutuhkan waktu minimal dua jam berjalan kaki. Hal itulah yang membuat mengapa SD ini akhirnya didirikan. Takut Imunisasi? Jika anda pernah membaca artiket terkait bayi yang ketika lahir disuapi pisang, nah....ini masih berada di Dusun Ngawu yang sama. Luar biasa bukan. Jadi bukan hanya SD yang unik tapi sejak bayi pun nyaris para balita di sini tidak tersentuh imunisasi. Salah satunya karena memang tenaga kesehatan yang ada sulit menjangkau wilayah ini. Bahkan saya memilih untuk mendatangi dusun ini hingga beberapa kali demi mengaktifkan kembali posyandu termasuk imunisasi wajib untuk murid SD. Bagaimana reaksi anak SD ini ketika saya datang untuk memberikan imunisasi dengan mobil ambulance? Tentunya dalam kepala mereka sudah ada ketakutan tersendiri apalagi orang tua di dusun ini terkenal paling antipati dengan imunisasi hanya lantaran takut anak panas setelah disuntik. Beruntung saya membawa kamera sehingga lebih mirip tukang foto ketimbang dokter dan sinar tembak kamera membuat anak-anak bergerumul dengan cepat.  Dan satu persatu-satu mereka akan dipanggil berdasarkan kelas, dan tentunya tidak memakan waktu lama karena totalnya hanya sedikit. Dan sedikit yang bisa saya berikan untuk mereka adalah nyanyian 10 S beserta gerakannya. [caption id="attachment_284308" align="aligncenter" width="640" caption="Nyanyian 10 S membuat mereka riang"]
13778087772015247407
13778087772015247407
[/caption] [caption id="attachment_284309" align="aligncenter" width="640" caption="Sang pemberani ini siap untuk diimunisasi. Tidak takut!"]
13778089361922102154
13778089361922102154
[/caption] [caption id="attachment_284310" align="aligncenter" width="640" caption="Kalau Si Riang ini memang tak ada duanya...!"]
1377809006275845644
1377809006275845644
[/caption] [caption id="attachment_284311" align="aligncenter" width="640" caption="Yah...Si Cantik ini udah nangis sebelum berperang"]
13778091391432928571
13778091391432928571
[/caption] [caption id="attachment_284312" align="aligncenter" width="640" caption="Nangis berjamaah padahal belum diapa-apain...Lucu inget ekspresi anak kelas satu ini. Syukurnya reda dan berhasil diimunisasi dengan baik "]
13778092731418814576
13778092731418814576
[/caption] Dedikasi Tinggi Yah...tidak sembarangan guru dapat bertugas di tempat seperti ini karena ternyata sebagian besar dari total 11 pegawai di SD ini berasal dari Pasuruan. Yap...setiap harinya mereka harus menempuh jarak jauh dari pasuruan menggunakan motor menuju SD ini. Sebagai gambaran, Pasuruan ke Puskesmas saya saja terkadang membutuhkan satu jam lebih dengan jalan berkelok-kelok dan menyebabkan muntah jika belum terbiasa. Ditambah perjalanan dari puskesmas menuju SD, lengkap sudah dua jam selalu ditempuh oleh para guru demi mendedikasikan hidup mereka pada anak-anak Ngawu. [caption id="attachment_284314" align="alignnone" width="640" caption="Total guru di SD unik ini "]
13778096781452343529
13778096781452343529
[/caption] [caption id="attachment_284315" align="aligncenter" width="640" caption="Tetap berprestasi walau dengan segala keterbatasan"]
1377809866443175160
1377809866443175160
[/caption] Dan...yang mereka didik hanya berjumlah total 22 anak saja!!!! Yap...bahkan ketika pertama kali saya mengumpulkan seluruh anak di satu ruangan, masih terlihat sedikit. Jika di kota biasanya 40 murid terlihat dalam satu kelas maka di dusun ini jangan pernah berharap akan menemukan banyak murid. Pasalnya, jumlah anak yang dihasilkan dalam setiap tahun di dusun ini pun tergolong sedikit tidak pernah lebih dari lima. Bahkan tidak ada PAUD ataupun TK karena memang balita yang ada sedikit dan mereka langsung duduk di bangku SD ketika usianya siap. [caption id="attachment_284321" align="aligncenter" width="640" caption="Anak kelas satu ^_^"]
1377810399746833380
1377810399746833380
[/caption] [caption id="attachment_284322" align="aligncenter" width="640" caption="Anak kelas dua ^_^"]
13778104751462608003
13778104751462608003
[/caption] [caption id="attachment_284323" align="aligncenter" width="640" caption="Anak kelas tiga ^_^"]
13778105611348738647
13778105611348738647
[/caption] [caption id="attachment_284324" align="aligncenter" width="640" caption="Anak kelas empat ^_^"]
13778106721822384168
13778106721822384168
[/caption] [caption id="attachment_284325" align="aligncenter" width="640" caption="Anak kelas lima ^_^"]
1377810776399045978
1377810776399045978
[/caption] [caption id="attachment_284326" align="aligncenter" width="424" caption="Anak kelas enam ^_^"]
1377810852674230255
1377810852674230255
[/caption] [caption id="attachment_284328" align="aligncenter" width="424" caption="Meloncatlah lebih tinggi!"]
13778110231684003603
13778110231684003603
[/caption] Namun...saya tahu 22 anak ini akan menjadi anak hebat suatu hari nanti, membanggakan orang tua mereka yang sebagian besar masih menutup mata akan pentingnya pendidikan dibandingkan bertani. Bahkan saya terkadang miris jika membayangkan setelah lulus SD, mereka harus menempuh jarak jauh menuju SMP yang adanya di desa saya.  Seperti tahun 2013 ini dimana jumlah siswa kelas enam yang lulus hanya DUA anak saja.  Sepasang lulusan ini berencana untuk melanjutkan SMP dan saya berharap itu benar karena benar-benar di tangan mereka nantinya kehidupan di dusun ini akan berubah. Ah...ini potret sudut di negeri saya, siapa yang menjamin bahwa tanah Jawa sudah menyekolahkan seluruh anak-anaknya. Jika tuntutan perut lebih kuat daripada otak maka anak-anak itu setelah lulus hanya akan kembali ke ladang membantu orang tua mereka bertani padahal hak mereka mengenyam pendidikan kata para Pembesar Negeri ini sampai 9 tahun. Mirisss.... Tapi...melihat senyum mereka yang mengembang membuat dada saya dapat bernapas lagi. Terus bersemangat anak-anakku. Maaf ibu dokter kalian belum dapat berbuat banyak menyangkut pendidikan kalian. Tetap SEHAT ya agar terus BERSEKOLAH!!! Salam Anak Indonesia dr. Hafiidhaturrahmah Pencerah Nusantara Tosari [caption id="attachment_284319" align="alignnone" width="640" caption="Berpose malu-malu kucing"]
13778101341394840159
13778101341394840159
[/caption] [caption id="attachment_284320" align="aligncenter" width="640" caption="Nah....meloncatlah lebih tinggi anak-anakku. "]
1377810275486290018
1377810275486290018
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun