"Bubur kok diaduk?" sudah berapa kali kalian mendengar kata ini? Pasti sering kan. Yaaa, kalimat tersebut selalu diucapkan oleh orang yang mengkonsumsi bubur ayam dengan cara tidak diaduk. Seperti yang kita ketahui, bahasan tentang bagaimana bubur ayam dimakan sudah ramai beberapa tahun ini. Berbeda dengan trend lainnya yang hanya bertahan beberapa saat, trend ini mampu bertahan dengan waktu yang sangat lama bahkan belum diketahui kapan waktu berakhirnya.
Orang-orang selalu mempermasalahkan cara memakan bubur ayam orang lain, entah itu diaduk maupun tidak diaduk, mereka sama-sama saling serang. Entah apa yang akan mereka dapatkan dari menyerang cara makan orang lain yang pasti itu hanya akan membuat bubur yang sedang anda nikmati dingin. Pastinya tidak enak kan jika bubur ayam kalian sudah dingin.
Kedua cara makan bubur ayam tersebut sebenarnya tidak perlu menjadi masalah yang serius karena pada akhirnya bubur ayam tetaplah bubur ayam, diaduk maupun tidak bubur ayam anda tidak akan berubah rasanya menjadi makanan lain, yang ada hanya membuat diri sendiri lelah berkata-kata dan ya jelas mengurangi waktu menikmati bubur anda.
Lalu mengapa orang-orang masih saling serang? Mungkin alasan mereka yang tidak suka bubur ayam mereka diaduk karena ingin mempertahankan estetika dari bubur itu sendiri. Hal itu bisa menjadi salah satu penyebab mereka menyerang cara makan sebelah. Selalu keluar kata-kata "kok diaduk? Kan jadi jelek bentuknya""kan jadi ga enak dilihat" "Bikin ga mood makan ih" "kan kalo ga dicampur kita bisa makan bubur sambil milih lauk apa yang mau kita makan sesuai keinginan kita." Memang benar, bubur ayam jika tidak diaduk akan terlihat lebih menarik apalagi untuk kalian yang ingin mengabadikan bubur ayam kalian di media sosial.
Beralih ke tim bubur diaduk, mereka yang menganut sekte ini sering mengatakan "ih kok ga diaduk, rasanya jadi ga rata" "Kalo ga diaduk kan ga kecampur bubur sama lauknya" "nanti kalo ga diaduk terus lauknya habis, sisa bubur doang nanti kan jadi ga enak." Memang jika kita pikirkan kembali, kata-kata yang diucapkan oleh anggota sekte bubur diaduk memang benar. Bubur yang kita aduk hingga bercampur jadi satu akan membuat rasa buburnya menjadi satu dan yang pastinya rasa dari bubur itu akan tetap sama dari awal sampai akhir.
Namun, dari ucapan kedua belah pihak selalu berbalas tidak ada habisnya. Padahal mereka hanya tinggal makan bubur dan jangan lupa membayarnya kan sudah selesai, tidak ada perdebatan yang terjadi. Para anggota sekte masing-masing juga sudah tahu jika mereka saling serang sekte sebelah pun tidak akan membuat mereka berpindah kubu, tapi tetap saja mereka lakukan.
Baru-baru ini teman saya juga meributkan tentang bagaimana cara mereka makan bubur dan itu sudah berjalan selama seminggu. Dan mereka yang berasal dari sektenya masing-masing selalu mempertahankan argumen mereka, termasuk saya. Bahkan saat perdebatan mereka mulai, mereka langsung mendatangi tukang bubur untuk beradu cara makan. Penjualnya pun sampai ditanya tentang cara makan buburnya, dan yaa tentu saja diaduk.
Tidak puas dengan itu, muncul sekte baru yang mereka buat sendiri walaupun hanya lelucon tetapi cukup mampu untuk membuat beradu argument lagi. Ada sekte bubur didownload, bubur digoyang, bubur dimotor, dan banyak lagi.
Heran rasanya melihat perdebatan yang tidak kunjung selesai, rasanya mungkin trend ini bisa sampai ke anak cucu kita. Lelah rasanya setiap kali mendengar para anggota sekte beradu argumen yang anehnya saya juga ikut-ikutan beradu seakan cara makan saya ini paling benar. Benar-benar buang waktu saja. Mengapa kita tidak mencoba makan bubur dengan cara makan sekte sebelah, mungkin dari situ kita bisa mengerti kenapa mereka tidak menggunakan cara makan kita. Mungkin juga dengan itu perdebatan yang sia-sia ini bisa berakhir disini.