konser musik Hardcore yang bertempat di salah satu warung kopi di Jalan Kaliurang Km. 13. Tempat ini berupa bangunan di samping persawahan dengan arsitektur bertemakan industrial, dinding nya di cat dengan warna monokrom, bangku dan meja yang terbuat dari beton, dan hiasan-hiasan dari barang bekas seperti botol kaca yang dijadikan vas bunga. Tempat yang biasanya digunakan untuk bersantai ini diubah menjadi tempat para penikmat musik Hardcore, penonton yang datang ke konser ini berasal dari berbagai daerah dan kalangan, dari yang sudah berkeluarga sampai yang masih menempuh bangku sekolah turut meramaikan konser ini. Mereka cenderung memakai baju atasan hitam atau kaus band, celana jeans dan aksesoris seperti rantai dan bandana.
Saya sedang berada diDi sana saya memperhatikan ada satu wanita dengan memakai kaus oblong merah, topi loreng dan celana cargo, wanita penikmat distorsi keras ini sedang melakukan violence dance bersama beberapa teman-temannya, meskipun dia wanita dia tetap berani mengekspresikan emosi nya lewat gerakan-gerakannya tersebut, dia juga sering membantu penonton lain ketika terjatuh dan tidak marah ketika dirinya terkena gerakan dari penonton lain. Dia juga sesekali berkomunikasi dengan penonton lain dengan cara mengajak  untuk terjun ke arena mosh pit atau dengan melakukan bahasa tubuh untuk menyuarakan semangatnya saat musik masuk ke bagian klimaks. Meski tampak agresif dan urakan, saya melihat sifat peduli dan tidak baper-an dari cara dia meluapkan ekspresi nya di dalam mosh pit.
Di sisi lain saya juga memperhatikan seorang pria berusia sekitar 20-an, mengenakan kaus putih lengan panjang, topi hitam dan celana cargo yang dirobek menjadi pendek beserta tato di kakinya. Dia adalah Bayu Hastutama seorang vokalis dari band Fraud asli Surabaya yang malam itu menjadi salah satu penampil dalam konser Hardcore ini, Bayu tampil dengan penuh energi, berteriak lantang, dan melakukan gerakan violence dance diatas panggung kecil tersebut. Dengan teriakan dan tariannya, Bayu mengajak para penonton untuk meluapkan ekspresi mereka dengan bebas dan menjadi diri mereka sendiri di arena itu. Dalam jeda lagu saat dia tampil, Bayu sesekali menyapa para penonton, menceritakan sedikit tentang band nya dan mengajak para penonton untuk menyatu dalam konser dan tidak membeda-bedakan satu sama lain. Bayu juga berpendapat bahwa konser ini adalah tempat dan wadah bagi mereka pecinta distorsi keras, dia juga selalu mengingatkan kepada para penonton bila melihat penonton lain jatuh atau kesakitan maka tugas mereka adalah untuk membantu dan menolong penonton yang membutuhkan tersebut.
Konser Hardcore di warung kopi ini membawa kesan menarik bagi saya, dimana sebuah tempat yang biasanya dipakai orang-orang untuk bersantai dan bercengkrama, diubah menjadi ruang penuh energi dan tempat untuk meluapkan ekspresi dengan bebas. Meski biasanya kedai kopi ini bukan tempat yang umum untuk digunakan pentas distorsi keras, cara para penonton dan penampil dalam berinteraksi dan berekspresi menunjukkan bahwa para penikmat musik Hardcore bisa menciptakan ruang umum yang peduli satu sama lain, penuh toleransi dan keterbukaan dengan orang lain. Konser ini menyuarakan bahwa Hardcore adalah tentang kebebasan, solidaritas dan simbol perlawanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H