Mohon tunggu...
Fathu Rohmah
Fathu Rohmah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Interest in applied climatology, mapping, planning, culture, travelling, reading, writing and everything about geography

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Toraja dan Ritualnya

23 November 2015   16:40 Diperbarui: 23 November 2015   19:37 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tongkonan (dok Katiti)"][/caption]Apa yang terlintas dalam pikiran anda ketika mendengar Toraja? mungkin akan terlintas rumah adat Tongkonan, perayaan upacara kematian atau keduanya. Tentu saja sudah banyak tulisan yang membahas tentang budaya Toraja. Anda tinggal mencari ke search engine google, lalu akan muncul ragam jenis tulisan tentang Toraja . Beberapa waktu lalu, saya dan tim mendapat tugas dari kantor  untuk melakukan kunjungan lapang ke Toraja, Sulawesi Selatan.

Perjalanan ke Toraja bagi saya adalah sebuah refleksi tentang kematian. Ketika pertama kali menginjakan kaki di Toraja, kebetulan saat itu malam hari, saya langsung merasakan suasana yang sangat mencekam. Siangnya baru terjawab, ternyata penginapan saya dekat dengan Kete Kesu; Goa tempat penyimpanan mayat bagi orang Toraja.

Toraja memang terkenal dengan rumah adat Tongkonannya. Tidak ada lokalisasi khusus tentang rumah adat Tongkonan. Sejauh mata memandang, di kanan kiri jalan banyak dijumpai Tongkonan; ada tongkonan untuk rumah tinggal, tongkonan untuk lumbung padi dan tongkonan jenazah. Perbedaan ketiganya hanya dari ukurannya yang semakin mengecil. Meskipun bangunan permanen sudah memasuki Toraja, tetapi mayoritas rumah penduduk terutama di Kabupaten Toraja Utara (Toraja terdiri dari Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara) masih mempertahankan keberadaan Tongkonan.

Dalam satu sanak keluarga, minimal terdapat satu Tongkonan yang berada ditengah dikelilingi oleh bangunan rumah panggung kayu atau bangunan permanen. Rumah Tongkonan menjadi tempat berkumpul bersama keluarga besar dan penyatu lintas generasi. Selain daripada itu, Tongkonan juga menunjukan status sosial dalam tingkatan masyarakat Toraja.

Semakin kaya sebuah keluarga, ukuran tongkonan yang dibangun pun semakin besar. Biaya pembangunan sebuah tongkonan cukup fantastis; minimal 300 juta hingga miliaran rupiah. Hal tersebut karena bahan material yang digunakan terdiri dari bambu dan kayu berkualitas tinggi serta biaya untuk tukang yang memakan waktu berbulan-bulan.

Pernikahan di Toraja kalah meriah dibandingkan perayaan upacara kematian (Rambu Solo). Ciri khas Toraja yang unik adalah menangguhkan penguburan jenazah yang telah meninggal. Jenazah disemayamkan di rumah untuk sekian lama waktu hingga keluarga sudah siap untuk melakukan upacara Rambu Solo. Berdasarkan obrolan saya dengan driver (penduduk asli Toraja) yang mengantar saya keliling Toraja, terdapat beberapa alasan mengapa orang toraja menangguhkan penguburan jenazah yang sudah meninggal, diantaranya:

  1. Jika seseorang anggota keluarga meninggal dan segera dikubur, maka kepergiannya akan meninggalkan perasaan yang sangat parah, seolah-olah burung elang menyambar dan membawanya terbang secara tiba-tiba.
  2. Dengan menangguhkan pekuburannya, perasaan keluarga makin lama makin sadar bahwa manusia akan mati dan kalau sampai waktu kita juga akan mengikutinya. Selama menunggu penguburan, mayat dibaringkan di rumah dan dijaga baik-baik oleh keluarga
  3. Kematian seorang anggota keluarga harus dikabarkan kepada seluruh keluarga, dan seorang anak Toraja mempunyai kewajiban untuk hadir dan memberi penghormatan yang terakhir kepada ibu bapanya. Ini memberi kesempatan bagi sanak keluarga yang sedang merantau untuk pulang.
  4. Seluruh keluarga perlu diberi kesempatan untuk bermusyawarah menentukan waktu dan tingkat upacara pemakaman mana yang akan dipilih.
  5. Persiapan mendapatkan uang dan kesempatan membuat pondok tamu.

Biaya upacara Rambu Solo tidaklah murah, bisa menghabiskan ratusan juta rupiah. Oleh karena itu butuh persiapan finansial yang matang. Status sosial juga berbanding lurus dengan sebarapa meriah upacara Rambu Solo. Salah satu parameternya adalah jumlah Kerbau yang disembelih. Kerbau di Toraja menjadi barang yang mahal dan memiliki nilai jual tinggi. Kerbau yang memiliki corak kulit hitam putih (seperti sapi) harnya mencapai miliaran rupiah dan itu dibeli, biasanya oleh kalangan bangsawan Toraja.

[caption caption="Lo'Ko'Mata; Salah satu tempat pemakaman orang Toraja (dok pribadi)"]

[/caption]

Tempat pemakaman orang Toraja adalah di batu besar atau digantung di dinding goa. Saya kurang paham filosofinya. Tapi sepertinya jika diamati, kedua tempat tersebut dipilih untuk melindungi jenazah dari gigitan serangga dan hewan sejenisnya. Terdapat batu besar di Kabupaten Toraja Utara yang disebut Lo’Ko’Mata yang dinding batunya dipenuhi pintu-pintu. Dilihat dari jauh mirip flat atau apartemen. Pintu-pintu tersebut merupakan ruang untuk peristirahatan terakhir jenazah orang Toraja. Pembuatan satu ruang memakan waktu lama dan biaya yang mahal (minimal 70 juta rupiah).

Tergantung seberapa besar ruang yang dibuat di dalamnya. Semakin besar, semakin mahal karena tidak mudah untuk melubangi batu yang keras hingga sedemikian bentuknya. Satu ruang bisa ditempati satu keluarga jenazah yang telah meninggal. Pintu yang paling atas menunjukan status sosial yang paling tinggi. Tetapi pada perkembangan waktu, karena batu tersebut sudah penuh, pembuatan pintu tidak memperhatikan status sosial lagi, melainkan melihat tempat yang masih kosong lalu dibuatlah ruang.

Setelah dimasukan dalam peti dan masukan ke liang batu, setelah beberapa tahun, biasanya setiap tiga tahun sekali keluarga yang masih hidup menjenguk dan mengganti baju jenazah. Ritual ini biasa disebut Ma Nene.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun