Mohon tunggu...
Avian Dewanto
Avian Dewanto Mohon Tunggu... profesional -

cuma sekadar bincang-bincang di alam maya. siapa tahu bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Supersemar

11 Desember 2011   11:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:31 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surat Perintah Sebelas Maret atau Surat Perintah 11 Maret yang disingkat menjadi Supersemar adalah surat perintah yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966.

Presiden dengan gamblang, pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1966, mengatakan Surat yang ditandatangani itu "Bukan penjerahan pemerintahan! Bukan Transfer of Authority!"

Kesaksian yang disampaikan kepada sejarawan asing, Ben Anderson, oleh seorang tentara yang pernah bertugas di Istana Bogor. Tentara tersebut mengemukakan bahwa Supersemar diketik di atas surat yang berkop Markas besar Angkatan Darat, bukan di atas kertas berkop kepresidenan. Inilah yang menurut Ben menjadi alasan mengapa Supersemar hilang atau sengaja dihilangkan.

> Keberadaan Surat Perintah Presiden Sukarno memang masih menjadi misteri sampai saat ini. Namun, upaya untuk menutupi bahwa Surat Presiden itu ternyata menggunakan kop surat Markas Besar Angkatan Darat, tak pelak, akan terbuka juga pada akhirnya.

Kalau kemudian baru disadari ternyata Presiden Sukarno menandatangani di atas kop Markas Besar Angkatan Darat, sekali lagi itu sekadar menunjukkan Tuhan gak pernah tertidur.

Sudah selayaknya Rakyat Indonesia mengetahui sejarah mereka sendiri. Bukan malah menutupi kebohongan yang pada akhirnya enambah luka banyak orang. Ini Pidato Presiden Sukarno pada 17 Agustus 1966, silakan klik,http://www.youtube.com/watch?v=TNFpZL8eNj8&feature=related

Dan, Soal Supersemar ini sungguh sebuah DAGELAN yang terlalu lama dipentaskan. Sebagaimana juga tentang GESTOK, Presiden Sukarno menyebutnya demikian. Sebab itu terjadi dini hari di tanggal 1 Oktober 1965. Jadi bukan GESTAPU.

‎.

Pada malam sebelum Letkol Untung melakukan pembunuhan terhadap Jenderal Angkatan Darat yang dekat dengan Presiden Sukarno, ia bertemu dengan Pangkostrad Mayjen Suharto yang ketika itu sedang menjenguk anaknya, Tommy, yang sedang sakit di RSPAD.

Tak tahu apa yang mereka bicarakan. Namun keesokan harinya, negeri ini digemparkan karena sejumlah jenderal AD terbunuh. Kemudian segera Angkatan Darat, yang ketika itu komando berada di tangan Pangkostrad -satu-satunya perwira senior yang tak masuk dalam daftar untuk dibunuh - mengumumkan adanya penculikan dan pembunuhan oleh PKI. Karena ketiadaan pimpinandi Angkatan Darat, segera Suharto dilantik sebagai Pimpinan Angkatan Darat dengan pangkat Letnan Jenderal .

Siapakah Letkol Untung? Dia adalah salah seorang perwira yang sangat dekat dengan Mayjen Suharto sejak yang belakngan menjabat sebagai Panglima Kodam Diponegoro. Letkol Untung segera pula dinyatakan sebagai Anggota PKI oleh pihak Angkatan Darat.

Pimpinan PKI menolak dikatakan sebagai pelaku penculikan dan pembunuhan jnderal tersebut. Begitu pula Bung Karno mengutuk keras penculikan dan pembunuhan para jenderal tersebut.Bahkan Presiden Sukarno telah menyiapkan MAHMILUB untuk mengungkapkan kejadian itu. Mahmilub atau Mahkamah Militer Luar Biasa diselenggarakan sebab peristiwa itu dilakukan oleh kalangan militer dengan korban militer kecuali Ade Irma Suryai yang anaknya Jenderal Nasution.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun