Komunikasi adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap hari, kita terlibat dalam percakapan, baik secara langsung maupun melalui media. Namun, apakah kita pernah benar-benar menyelami makna di balik setiap kata yang kita ucapkan dan dengarkan? Inilah yang menjadi kajian utama dalam filsafat komunikasi.
Apa Itu Filsafat Komunikasi?
Filsafat komunikasi adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat, tujuan, dan proses komunikasi dalam kehidupan manusia. Disiplin ini tidak hanya membahas bagaimana pesan dikirim dan diterima, tetapi juga menggali pertanyaan mendasar seperti: Apa itu makna dalam komunikasi? Bagaimana bahasa membentuk realitas? Sejauh mana komunikasi dapat mencerminkan kebenaran?
Tidak hanya membahas bagaimana pesan disampaikan, filsafat komunikasi juga menyoroti dimensi etis, epistemologis, dan ontologis dari interaksi manusia. Filsuf seperti Jrgen Habermas, Martin Buber, dan John Dewey telah banyak memberikan kontribusi dalam memahami komunikasi sebagai proses sosial yang sarat dengan nilai dan makna. Habermas, misalnya, mengembangkan teori tindakan komunikatif yang menekankan pentingnya rasionalitas dan kesepahaman dalam komunikasi.
Asal Usul Istilah Komunikasi
Istilah "komunikasi" berasal dari bahasa Latin communicare, yang berarti "membagi" atau "berbagi". Akar kata ini juga terkait dengan communis, yang berarti "kesamaan" atau "kebersamaan". Dari sini, kita dapat memahami bahwa komunikasi bukan sekadar proses menyampaikan pesan, tetapi juga upaya untuk mencapai pemahaman yang sama antara pengirim dan penerima pesan.
Menyelami Makna di Balik Percakapan
Sering kali, kita hanya berfokus pada aspek permukaan dalam komunikasi, seperti pemilihan kata atau nada suara. Padahal, ada makna yang lebih dalam yang dapat ditelusuri melalui perspektif filsafat komunikasi:
Dimensi Hermeneutika -- Setiap pesan yang kita terima atau sampaikan selalu memiliki konteks. Menafsirkan pesan dengan tepat membutuhkan pemahaman akan konteks sosial, budaya, dan historisnya.
Dimensi Eksistensial -- Komunikasi bukan hanya sekadar pertukaran informasi, tetapi juga cerminan dari eksistensi manusia. Konsep dialog dari Martin Buber, misalnya, menekankan bahwa komunikasi sejati terjadi ketika dua individu benar-benar hadir satu sama lain dalam hubungan "Aku-Kamu".
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!